MAJALAHTEBAR.com. Berbeda dengan tanaman semusim yang bila hasilnya kurang memuaskan bisa dikejar di musim berikutnya. Pemeliharaan tanaman sawit perlu lebih cermat karena untuk mencapai musim panen berikutnya butuh waktu lebih lama.
Apalagi bila harus mengganti tanaman baru atau melakukan peremajaan. Tentu petani atau pekebun harus menunggu lebih dari 4 tahun untuk menikmati buah berikutnya atau untuk mencapai tanaman menghasilkan (TM).
Karenanya, pemilihan varietas tanaman sangat penting. Varietas yang memiliki ketahanan hama dan penyakit baik dan berproduksi tinggi bisa mengikuti rekomendasi lembaga penelitian terkait yakni Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Sumatera Utara.
Selain penggunaan benih, PPKS juga telah merekomendasikan pemupukan yang tepat untuk tanaman sawit. “Petani yang selama ini menggunakan pupuk tunggal seperti Urea dan pupuk yang fast release sehingga kerap terjadi kelebihan hara nitrogen kekurangan kalium. Tanaman mudah terserang penyakit dan pelepah yang kurang kokoh,” ungkap Arief Rakhman.
Menurut petugas lapangan khusus kelapa sawit ini, potensi produksi kelapa sawit pada perkebunan rakyat masih bisa ditingkatkan. Caranya, dengan memberikan pemupukan yang tepat.
“Sudah ada rekomendasi dari PPKS maupun perusahaan besar produsen benih di Sumatera, untuk pemupukan sawit tanaman belum menghasilkan (TBM) dengan NPK Pak Tani 12-12-17-2 +TE. Untuk tanaman menghasilkan (TM) menggunakan NPK Pak Tani 13-6-27 atau 13-8-27 sehingga produksi bisa maksimal,” jelas Agronomis Sawit PT Saprotan Utama Nusantara wilayah Sumatera Selatan ini.
Jika pekebun sawit mau menerapkan pemupukan berimbang sesuai rekomendasi, lanjut Arief, potensi produksi dapat ditingkatkan. Peluang mendapatkan penghasilan yang lebih besar juga terbuka lebar.
Namun, menurutnya perlu edukasi berkelanjutan. Membangun pemahaman pemupukan berimbang butuh waktu dan kesabaran.*