Home / Alsintan

Jumat, 16 Desember 2022 - 14:26 WIB

Pakai Mesin Tanam Jarwo Panen Bisa Bertambah

Toat Ismanto, petani Purwodadi, Purworejo, Jawa Tengah saat menggunakan mesin tanam Jarwo.

Toat Ismanto, petani Purwodadi, Purworejo, Jawa Tengah saat menggunakan mesin tanam Jarwo.

 Penanaman menggunakan transplanter lebih cepat, benih lebih hemat, dan pemupukan efisien. Perkembangan anakan lebih optimal sehingga produksi meningkat.

Jarwo 2 : 1 menggunakan mesin tanam (rice transplanter)

MAJALAHTEBAR.com. Penanaman belakangan sering menjadi persoalan bagi petani padi karena mencari tenaga borongan tidak mudah. Regenerasi tenaga kerja pertanian kurang berjalan seperti lima atau sepuluh tahun lalu. Generasi muda atau penerus tenaga kerja pertanian mulai enggan bekerja di sawah.

Sementara, musim tanam sudah berjalan, sehingga mau tak mau perlu mencari sarana yang membantu mempermudah penanaman. Pilihannya ada pada penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) sekaligus menjadi berlakunya mekanisasi dalam setiap bagian dari budidaya pertanian.

Alsintan yang mendukung kegiatan penanaman yakni mesin tanam padi (rice transplanter). Mesin ini sudah sering terlihat melumpur pada sentra pengembangan tanaman padi di Jawa maupun Sumatera, Sulawesi dan lainnya.

Pemerintah juga mendorong upaya mekanisasi pertanian dengan memberikan bantuan alsintan salah satunya mesin tanam jarwo (Indo Jarwo Transplanter). Mesin tanam yang cocok untuk lahan sawah dengan pola tanam Jarwo (Jajar Legowo).

Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan), Kementan sudah lama mengenalkan mesin penanam benih padi (Rice transplanter) termasuk yang sudah menerapkan pola jarwo. Bagian-bagian utama mesin ini adalah hopper  untuk penampung benih. Metering device sebagai alat untuk mengatur jumlah benih yang keluar, pembuka alur di tanah sebagai tempat benih tumbuh, penyalur benih ke tanah yang telah dibuka oleh pembuka alur tanah, penutup alur, dan sistem transmisi.

Teknologi ini mampu melumpur pada kondisi lahan sawah dengan pengolahan tanah sempurna yang telah disiapkan sebelumnya. Sekaligus bisa mengikuti pola tanam Jajar Legowo (Jarwo). Pengaturan jarak Jajar Legowo bisa menggunakan Jarwo 2 : 1.

Baca juga  Bertani Irit, Harga Jual Lebih Tinggi

Sejumlah perusahaan swasta juga telah mendapatkan lisensi untuk produksi masal. Perusahaan juga telah memasarkan ke berbagai daerah sehingga upaya mekanisasi makin cepat.

Mesin penanam benih padi ini mempunyai dimensi panjang 2000 mm, lebar 1000 mm, dan tinggi 1100 mm. Pengoperasian masin ini ada yang dengan traktor roda empat/ crawler, daya minimum 45 HP, menggunakan sistem penggandeng tiga titik gandeng (three point hitch).

Kecepatan kerja mesin ini di lahan sawah mencapai 2-3 Km/Jam, dengan jumlah baris tanam 10 baris. Jarak tanam antar baris 25 cm, jarak tanam dalam baris 12-15 cm, jumlah benih per lubang 3-5 biji, serta kedalaman tanam 5-8 cm.

Rice Transplanter ini  terdiri atas lima bagian utama, yaitu sistem penanaman dan sistem pengumpan bibit padi metode tanam Jajar Legowo 2:1, sistem transmisi dan penggerak, sistem kendali,  rangka utama, serta unit pelampung. Mesin ini mempunyai dimensi 2480 x 1700 x 860 mm, bobot 178 kg, daya penggerak 5,5 HP dan menggunakan metode pembibitan sistem dapog.

Keunggulan mesin tanam rice transplanter jajar legowo antara lain manuverability (kemudahan operasional), mampu menggantikan 20 tenaga kerja tanam/ha, kapasitas lapang 5-6 jam/ha sehingga mampu menurunkan kebutuhan tenaga kerja dan biaya tanam sekaligus mempercepat waktu tanam.

Namun, ada catatan, teknologi ini dapat optimal pada kondisi lahan dengan pengolahan tanah sempurna. Memiliki  kedalaman kaki (foot  sinkage) 400-600 mm, serta tinggi genangan air 30-100 mm.

Baca juga  Taksi Alsintan : Mudah Kerjanya, Ringan Biayanya

Menurut Toat Ismanto atau akrab dengan sapaan Pak To, petani Desa Bongkot, Kecamatan Purwodadi, Purworejo, Jawa Tengah, penggunaan mesin tanam Jarwo mampu menghemat benih. “Jika dengan tanam manual sistem tegel satu iring (3.500m2) kebutuhan benih dengan tanam manual 10.000 tapi dengan transplanter cukup 7.000 atau hemat 3.000,” urainya.

Menggunakan mesin, tanam bisa “diiwir” alias penjarangan. Pada tanam manual penanaman per lubang 11 bibit. Penanaman dengan transplanter bisa “diiwir” hanya 3 bibit per lubang. “Menggunakan transplanter perkembangan anakan juga lebih optimal. Per rumpun bisa mencapai 60. Sedangkan tanam manual yang per lubang 11 bibit anakannya maksimal 40. Ssehingga saat panen produksinya menggunakan transplanter tidak kalah dengan tanam manual. Malah bisa lebih tinggi,” terangnya.

Selain itu, lanjut Pak To, peluang benih mengalami stress saat pindah tanam juga lebih kecil dibandingkan pada tanam manual. Baik jarak tanam maupun kecepatan penanaman dengan mesin tanam jarwo lebih stabil.

Pemupukan juga lebih cepat dan efisien. Contohnya jika menggunakan tanam manual sistem tegel, pupuk akan tersebar merata ke tanaman dan area sekitarnya.

Sementara dengan mesin tanam jarwo, pemupukan akan lebih fokus pada tanaman. Termasuk jika menggunakan pupuk organik cair dengan aplikasi semprot.

Rumput atau gulma di sela tanaman tidak ‘kebagian makanan’. Sebaliknya, tanaman utama akan mendapat banyak makanan dari pupuk sehingga lebih subur.

Penggunaan transplanter penanaman lebih cepat dan efisien. Produksi juga bisa lebih tinggi.*

 

Share :

Baca Juga

Alsintan

Drone Penebar Pupuk Granul: Lebih Cepat dan Hemat

Alsintan

Mesin Panen Dan Olah Tanah Terintegrasi Bisa untuk “Kejar Tayang”

Alsintan

Penggunaan Teknologi Drone untuk Pertanian

Alsintan

Mesin Ini Jadikan Penanaman Tebu Efisien