Keunggulan mesin penanam tebu dan pemasang dripline terintegrasi yakni mampu menanam tebu secara mekanis sekaligus memasang dripline untuk irigasi subsurface dalam satu proses pengoperasian. Mesin ini digerakkan traktor roda 4.
MAJALAHTEBAR.com. Mekanisasi sudah menjadi kebutuhan di tengah upaya melakukan budidaya pertanian yang efisien. Penggunaan alat dan mesin pertanian diterapkan pada komoditi pangan, hortikultura hingga perkebunan. Tenaga kerja perkebunan belakangan juga mulai terbatas, sehingga pada budidaya tebu diperlukan alsintan. Salahsatunya untuk mendukung kegiatan penanaman.
Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) telah membuat alat tanam tebu sekaligus pemasang dripline. Mesin hasil penilitian tahun 2018 lalu ini dapat digunakan untuk menanam tebu secara mekanis sekaligus memasang dripline untuk irigasi subsurface dalam satu proses pengoperasian. Penggerak mesin berupa traktor roda 4.
Keunggulan mesin tanam satu ini, seperti dilansir dari BBPMektan, bukan hanya mampu melakukan penanaman lebih efisien dibanding menggunakan cara manual. Terobosan Kementan ini juga menjadi solusi masalah pengairan pada budidaya tebu.
Model pengairan pada pertanaman tebu yang umum digunakan adalah irigasi permukaan salah satunya dengan memompa air embung kemudian dialirkan melalui pipanisasi dan lahan kemudian digenangi. Model pengairan lainnya dengan menggunakan big gun sprinkle, cara tersebut tidak efisien karena air akan banyak yang terbuang.
Mesin penanam tebu dan pemasang dripline terintegrasi ini bisa membuat irigasi yang efisien, efektif dan terkendali dengan irigasi tetes (drip irrigation). Dengan penggunaan irigasi tetes ini, pengairan dilakukan di sekitar perakaran, disesuaikan kebutuhan per tanaman.
Irigasi tetes disebut juga sebagai smart irrigation (irigasi pintar) karena debit air bisa dikendalikan sesuai kebutuhan tanam, komponen pupuk juga bisa diatur bahkan dikembangkan dengan full mekanisasi.
Irigasi tetes ini tergolong tipe sub surface yaitu irigasi yang ditanam dibawah tanah dan dilakukan dengan menggunakan dripline. Berbeda dengan model irigasi pertanaman tebu sebelumnya yang membutuhkan pembuatan pipa, irigasi tetes ini hanya menggunakan pipa paralon yang sudah diintegrasikan dengan dripline.
Irigasi tetes merupakan irigasi bawah permukaan sehingga dripline perlu dibenamkan sedalam 15-17 cm dibawah tanah dan dibutuhkan alat untuk bisa membenamkannya saat bertanam tebu.
Spesifikasi teknis dari mesin penanam tebu dan pemasang dripline terintegrasi yakni pola tanam tebu Doubel row. Posisi dripline berada diantara row. Kedalaman dripline yang tertanam (subsurface) 5 cm di bawah bibit tebu. Diameter dripline 16 mm.
Jarak lobang dripline 50 cm. Panjang dripline/ roll 1250 m. Jarak PKP tebu selebar 180 cm dan jarak antar lajur penanaman 40 cm. Bentuk bibit Lonjoran (wholestalk).
Panjang potongan bibit 30 – 40 cm. Tipe pengumpanan bibit Vertical.Mesin ini mempunyai kapasitas angkut bibit 900- 1100 kg. Sementara kapasitas tangki pupuk mencapai 80 kg. Kapasitas kerja 2,0 ha/hari, dengan Dimensi (P x L x T ) 1870 x 2300 x 2100 mm. Berat kosong mesin 600 kg, mesin ini menggunakan penggerak Traktor roda 4 minimal 90 Hp.
Sementara, mekanisme kerja mesin ini yakni bibit tebu ditanam 5 cm diatas dripline dan alsin dilengkapi dengan pembuka alur dan penutup alur sehingga dalam satu kali operasional bisa melakukan dua pekerjaan sekaligus. Bibit tebu ditanam dalam keadaan rebah karena akarnya akan muncul dari mata tunas yang ada di setiap ruas.
Dipilih bibit dengan usia 6-8 bulan. Bibit tebu sendiri dalam bentuk lonjoran kemudian dipotong dengan ukuran 30-40 oleh pisau yang disetting dalam alsintan tanam.Dripline yang dipasang dengan mesin tanam tebu disesuaikan panjang lahan hingga 100 meter agar bisa menghasilkan tetesan yang optimal dan seragam.
Dripline dipasang di bawah tanah (subsurface) dan bagian ujung disambungkan dengan pipa utama. Air kemudian dibuka dengan tekanan 2 bar sehingga dripline yang tadinya pipih akan menyerupai pipa yang mengeluarkan air dalam bentuk tetes. Perlahan namun pasti, tetesan air dari dripline akan menetes dan menjadi sumber air dari perakaran tebu.
Untungnya lagi, petani tidak perlu lagi melakukan pemupukan di permukaan karena pengairan dari dripline bisa dicampurkan dengan pupuk cair sehingga bisa diserap akar seiring penyerapan air. Sumber air bisa menggunakan air embung maupun air tanah yang dipompa kemudian disalurkan terlebih dahulu pada filter untuk kemudian masuk kedalam pipa utama dan dripline.
Pengoperasian mesin ini, hanya perlu 2-3 operator saja. Satu orang bertugas sebagai operator traktor dan 2 orang operator bibit. Alat ini mampu mengerjakan lahan seluas 2 ha dalam satu hari saja. Sehingga efisien dalam waktu dan tenaga kerja. Dalam penggunaan mesin ini, kondisi tanah yang bisa digunakan adalah tanah berpasir, apabila tanahnya berlempung tinggi, sebaiknya pengoperasian alat dilakukan pada saat kering.
Dripline ini lebih optimal digunakan dalam kondisi lahan datar tetapi bisa juga untuk lahan dengan kemiringan kurang dari 45 derajat, hanya saja konsumsi tenaga pompa untuk mengalirkan airnya harus lebih besar sehingga tidak efisien lagi.
Penggunaan dripline ini sendiri bisa digunakan dalam 5 kali pertanaman tebu sebelum akhirnya dibongkar ratun. Sehingga bisa efisien dalam penggunaan air namun bisa tetap berproduksi tinggi dengan kualitas terbaik.
Pemeliharaan atau perawatan mesin penanam tebu dan pemasang dripline terintegrasi relatif sederhana. Cukup lakukan pengecekan berkala pada filter agar tidak ada yang menyumbat dan air masih bisa mengalir.*