MAJALAHTEBAR.com. Masih ingat program “One Day No Rice” yang pernah dilancarkan Walikota Depok, Jawa Barat era Nurmahmudi Ismail beberapa waktu lalu? Terlepas dari kontroversi yang berkembang, program tesebut berupaya mengenalkan pangan alternatif selain beras.
Sebenarnya, Kementerian Pertanian melalui Balitseral, juga telah menggalakkan program diversifikasi pangan berbasis pangan lokal ke sejumlah kota diantaranya Jakarta, Bogor, DIY, Bandung dan Makassar. Gerakan yang mirip yakni menggali potensi pangan lokal dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Salah satu komoditas pangan lokal potensial yang dapat dikembangkan adalah sorgum.
Presiden Jokowi saat melakukan kunjungan kerja ke BBPadi Subang, Jawa Barat, Juli 2022 lalu juga menekankan pangan alternatif selain beras untuk mengantisipasi krisis pangan, diantaranya sorgum. Tanaman serealia ini memiliki kandungan mineral khususnya unsur Fe cukup memadai 4-5,5 mg/100g. Unsur Fe merupakan unsur paling penting untuk pembentukan sel darah merah. Zat besi secara alamiah didapatkan dari makanan.
Seseorang yang mengalami kekurangan zat besi pada menu makanan yang dikonsumsinya sehari-hari, dapat menyebabkan gangguan anemia atau sering disebut dengan kurang darah. Anak-anak yang kekurangan Fe dalam makanan pada usia pertumbuhan dapat mengalami istilah “stunting” (terhambat pertumbuhan dan perkembangannya).
Selain kaya zat besi, sorgum juga memiliki komponen unsur gizi dasar yang tinggi, tidak kalah dengan serealia lainnya. Kandungan protein sorgum berkisar 10-13% tergantung varietas, lahan tempat tumbuhnya.
Keunikan sorgum adalah adanya tannin dan asam fitat. Sifat antioksidan tannin lebih tinggi daripada vitamin E dan C, demikian juga antioksidan antosianin sorgum lebih stabil. Kandungan ini membantu memperkuat daya tahan tubuh, mengatur ritme kondisi fisik, memperlambat penuaan, dan membantu pencegahan penyakit degeneratif.
Sorgum terutama bijinya dapat diolah menjadi bahan setengah jadi (intermediate product) adalah dalam bentuk sosoh dan tepung. Selanjutnya sorgum sosoh diolah menjadi nasi sorgum, bubur sorgum dan sejenisnya, dan bahan tepung dapat mensubstitusi terigu untuk berbagai olahan (cookies, cake, mie, rerotian) tergantung formula substitusi dan fisikokimianya. Bagi konsumen alergi gluten, dapat mengonsumsi olahan berbasis tepung dari olahan butiran sosoh sorgum.
Badan Litbang Pertanian telah melepas beberapa VUB sorgum seperti Sorgum Super 1, Super 2, Numbu, Soper 6, Soper 7, Soper 9 serta penyanitasi tangan (hand sanitizer) berbahan baku nira sorgum. Diharapkan, para pengguna, pemerhati produk pangan fungsional melirik bahkan mengembangkan ragam produknya berbasis sorgum, sehingga masyarakat akan terbiasa mengkonsumsi sorgum layaknya nasi.*