Home / Benih

Rabu, 21 Desember 2022 - 13:44 WIB

Kebonrejo Sentra Cabai Besar Kediri, Jawa Timur

Petani cabai Desa Kebonrejo sedang panen cabai.

Petani cabai Desa Kebonrejo sedang panen cabai.

Total lahan cabai di Kepung dan Puncu, Kediri, Jawa Timur mencapai 4.000 ha dan 400 ha berupa cabai merah besar di Desa Kebonrejo. Daerah ini menjadi barometer cabai merah besar khususnya Jawa Timur.

MAJALAHTEBAR.com. Hamparan lahan cabai terbentang disepanjang jalan Kecamatan Kepung, Kediri, Jawa Timur. Beberapa tanaman durian dan sirkaya tumbuh di antara lahan dan tepi jalan. Saat TEBAR mengunjungi daerah ini November 2022 lalu sebagian petani tampak sedang melakukan panen cabai.

Nanang (kiri) dan Widarto (kanan) petani Desa Kebonrejo, Kecamatan Kepung, Kediri, Jatim.

Ada pemandangan unik ketika memasuki Desa Kebonrejo sebagian besar tanaman yang mengisi lahan-lahan petani merupakan cabai merah besar. Hasil petikan maupun yang masih di tanaman terlihat cerah dan mulus. Nyaris tidak ditemukan adanya serangan antraknosa (patek) walaupun sering diguyur hujan.

“Ya memang warga daerah kami 99% petani dan mayoritas petani cabai. Penggeliat cabai seniornya Kediri. Banyak petani muda. Kalau di luaran pemuda jarang mau bertani. Di sini (Desa Kebonrejo) bahkan ada yang umur 17 tahun sudah bertani. Bahkan waktu pandemi kemarin sekolah daring, anak-anak terjun ke lahan,” jelas Yoni Widarto.

Para petani muda Desa Kebonrejo, tambah Widarto juga memiliki etos kerja tinggi. Mereka melakukan aktivitas pemeliharaan bukan hanya pada siang hari tetapi hingga malah atau dini hari seperti menyemprot atau mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Makanya, antraknosa yang menjadi momok petani pada umumnya nyaris tidak terlihat pada lahan petani.

Penanaman cabai merah besar di Desa Kebonrejo mencapai 400 ha. Untuk cabai rawit di Puncu dan Kepung mencapai 4.000 ha

Widarto sapaan akrabnya, menjelaskan, petani menanam cabai merah pada bulan Agustus yang akan panen rata-rata Desember hingga Februari. Panen raya pada pertengahan bulan Desember dengan volume mencapai 100 ton per hari.

Baca juga  Mangga Berbuah Lebat Di Luar Musim, Mau?

Setelah cabai petani melanjutkan menanamĀ  tomat, bawang merah, terong hingga Mei. Kemudian bulan lima petani serempak menanam jagung.

Jono dengan tanaman cabai merah besar sistem grafting dan irigasi tetes.

Walaupun tidak ada perencanaan tanam serempak melalui Gapoktan, lanjut Widarto, seperti sudah menjadi budaya, petani pada bulan Agustus menanam cabai. Mayoritas dari jenis cabai merah besar dengan varietas Imola dan Baja.

“Mau ada hujan atau tidak biasanya pada bulan 8 dan 9 tanam cabai. Pemasaran selama ini ke pasar induk Pare. Belakangan ada terobosan yang mendapat dukungan Pemerintah Kabupaten Kediri, suplay cabai dari antar BUMD dari Kediri ke Jakarta untuk memangkas rantai pemasaran,” terang Ketua Asosiasi Cabai Indonesia wilayah Kediri ini.

Nanang, salah satu petani muda Desa Kebonrejo menuturkan, cabai merah besar merupakan komoditi utama disamping tomat. Pemeliharaan sudah intentif dengan penggunaan sarana produksi seperti pupuk dan pestisida lengkap. Petani muda ini sudah pernah mencoba hampir semua produk pestisida.

Musim ini sedang menanam cabai dengan populasi 10.000 batang. “Walaupun yang panen sekitar 7.000 batang tapi dengan pemeliharaan optimal. Rata-rata lebih dari 1 kg per batang,” paparnya.

Jono, petani senior Desa Kebonrejo memiliki strategi untuk menekan mortalitas tanaman. Caranya menggunakan benih grafting (sambung pucuk) dengan batang bawah varietas Baja dan atasnya Imola.

“Karena di sini Baja lebih tahan layu tapi produksinya kurang. Makanya disambung dengan Imola sehingga bisa menekan mortalitas. Produksi saat kering bisa mencapai 2 kg/batang,” kata petani berusia 70 tahun ini.

Baca juga  Bijian Ini Bisa Gantikan Beras dan Bikin Awet Muda

Petani dengan pengalaman lebih dari 30 tahun ini tergolong perintis menggunakan benih grafting. Hanya beberapa petani yang memilih cara ini. Pasalnya, Jono membeli benih grafting asal Lumajang, Jawa Timur dengan harga bibit Rp 1.000/batang atau empat kali dari harga bibit biasa.

Agar produksi optimal, Jono memberikan pupuk non subsidi seperti NPK 16-16-16 dan MKP. “Harapannya kalau pas harga cabai sedang turun sampai Rp 10.000/kg masih bisa dapat dari produksinya yang tinggi. Karena biaya perawatan di sini tinggi, paling tidak harga di tingkat petani diatas Rp 15.000/kg,” ujar Jono berharap.

Mengapa biaya produksi bisa tinggi, menurut Widarto, karena penggunaan budidaya tanaman cabai di Desa Kebonrejo sudah sangat intensif. Biaya pemeliharaan tanaman khususnya pestisida per batang bisa mencapai Rp 5000.

Karena daerahnya merupakan lahan tadah hujan, pengairan menggunakan irigasi tetes. Sumber air dari PDAM atau air yang umumnya untuk keperluan rumah tangga dan dari embung.

Meski budidaya cabai berbiaya tinggi, sambung Widarto, petani mendapat kemudahan permodalan. Sebagian besar petani sudah memanfaatkan dana KUR pertanian dengan besaran Rp 25 juta – Rp 50 juta untuk lahan seperempat hektar.

“Karenanya terobosan pemasaran yang mendapat dukungan Pemkab Kediri akan sangat membantu petani dalam mendapatkan harga yang lebih baik sehingga pendapatannya meningkat. Selain itu, petani membutuhkan edukasi yang berkelanjutan dalam penggunaan pestisida secara tepat. Lebih dari sekadar menggunakan produk tetapi bagaimana petani bisa paham pengendalian yang efisien dan budidaya yang baik,” pungkasnya.*

Share :

Baca Juga

Benih

Strategi Hasilkan Pangan Tanpa Cemaran

Benih

Cara Bertanam Caisim, Agar Hasilnya Bagus & Cepat Panennya

Benih

Mangga Berbuah Lebat Di Luar Musim, Mau?

Benih

Bijian Ini Bisa Gantikan Beras dan Bikin Awet Muda

Benih

Ternyata Produktivitas Kedelai Lebih Tinggi Di Lahan Sawah

Benih

Serealia: Komoditas Sumber Gizi

Benih

Ini Penyebab Jagung Ketan Mahal

Benih

Budidaya Jeruk Dekopon: Panen Tergantung Benihnya