Dengan menanam varietas Grobogan maka diperkirakan potensi produktivitas optimal di bekas sawah bisa 2.8 ton/ha sedangkan jika di lahan kering 1,3 – 1,6 ton/ha. Menanam kedelai bisa lebih menguntungkan dibandingkan padi maupun jagung. Waktu panen juga lebih cepat hanya 85 hari, sedangkan jagung 110 hari dan padi sekitar 115 hari.
MAJALAHTEBAR.com. Kabar gembira bagi petani.Saat hasil panen padi kurang optimal, bisa mamanfaatkan lahan untuk tanam kedelai sebagai tanaman sela. Produktivitas kedelai di lahan sawah lebih tinggi dibandingkan dengan lahan kering.
Demikian mengemuka saat pengembangan budidaya kedelai yang dilakukan Kementerian Pertanian bersama Bupati Gunug Kidul melakukan Tanam Perdana Kedelai di KWT Melati Dusun Dengok kidul Desa Panca rejo, Semanu Kabupaten Gunung Kidul, DIYogyakarta, Februari 2022 lalu. Gerakan Tanam Kedelai ini dilakukan dilahan seluas 10 ha dari total luas bantuan pemerintah pusat 2.067 ha. Dengan menanam varietas Grobogan maka diperkirakan potensi produktivitas optimal di bekas sawah bisa 2.8 ton/ha sedangkan jika di lahan kering 1,3 – 1,6 ton/ha.
Upaya tersebut dilakukan untuk memotivasi dan membangkitkan semangat petani bertanam kedelai, menanam dan meningkatkan produksi kedelai guna mengurangi impor dan meningkatkan mutu hasil. Pasalnya kebutuhan kedelai saat ini terus meningkat seiring meningkatnya kebutuhan akan sumber protein yang murah terutama bahan baku tahu dan tempe.
Direktur Aneka Kacang dan Umbi Kementerian Pertanian Yuris Tiyanto mengatakan, pengembangan kedelai secara nasional harus terus didorong mengingat produksi dalam negeri dari tahun ke tahun mengalami penurunan. “Untuk itu diperlukan langkah langkah operasional yang tepat agar kedelai dapat bekembang dengan baik di dalam negeri ” kata Yuris.
Lebih lanjut Yuris menyampaikan bahwa saat ini pemerintah melalui Kementerian Pertanian sedang berupaya menggerakan penanaman kedelai dalam rangka antisipasi kelangkaan kedelai akibat ketergantungan impor kedelai. Tentunya hal ini membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak khususnya para petani untuk mendukung peningkatan luas tanam tanaman kedelai. “Selain itu kita harus mencintai produk dalam negeri demi NKRI guna mengurangi devisa negara yang selalu tergerus oleh impor kacang kedelai,“ ujarnya.
Di tempat yang sama, Bupati Gunung Kidul Sunaryanta menyatakan apresiasinya. “Kami banyak terima kasih, atas pendampingan dari Kementan, mudah-mudahan ini nanti sangat bermanfaat bagi seluruh masyarakat Gunung Kidul, dan khususnya kelompok wanita tani Dengok Kidul,” ujarnya. Sunaryanta berharap gerakan ini dapat menghasilkan panen yang baik sehingga petani kedelai di Gunung Kidul bisa lebih semangat lagi bertanam Kedelai. Sunaryanta pun meyampaikan potensi pengembangan kedelai di Provinsi DIY sangat terbuka luas, salah satunya di Kabupaten Gunung Kidul dgengan potensi lahan yang dapat dikembangkan lebih kurang 5.000 ha.
Kementan telah menargetkan produksi kedelai tahun ini sebesar 1 juta ton dengan dukungan APBN seluas 52 ribu ha yang tersebar di 16 daerah dan seluas 598 ribu ha dengan pola kemitraan mengunakan anggaran KUR. Provinsi DIY mendapat alokasi seluas 3.000 ha.
Selain DIY pengembangan kedelai juga dilakukan di Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Timur, Riau, Jambi, Jawa Tengah, Bali, Kalsel, Sulteng, Sultera, dan Sulbar.
Pengembangan kedelai di Jawa Tengah berada di Kabupaten Grobogan. Menurut Sunanto, Kepala Dinas Pertanian Grobogan, petani menanam kedelai sebagai kearifan lokal karena hasil seleksi terus menerus sehingga menjadikan Grobogan sebagai salah satu sentra kedelai nasional. Varietas Grobogan bukan dari hasil pemuliaan tapi dari seleksi pemurnian varietas, sehingga menghasilkan varietas unggul nasional.
Kedelai varietas Grobogan memiliki beberapa keunggulan, yaitu bukan termasuk kedelai GMO, non transgenik. Kemudian potensi produksi tinggi, sebanyak 3,2 ton per hektar (ha). Bahkan, kedelai yang di tanam di Grobogan pernah menghasilkan kedelai 3 ton per ha.
Keunggulan lainnya, kadar protein kedelai Grobogan tinggi, mencapai 43 persen. Umur penanaman pendek, hanya 85 hari. Dan saat panen, daunnya sudah rontok sehingga memudahkan pemanenan sehingga polong kering.
Sunanto meyakinkan petani, keuntungan menanam kedelai varietas Grobogan tidak lebih rendah dibandingkan menanam padi atau jagung. Hasil analisis usaha yang dilakukan Dinas Pertanian Grobogan menunjukkan, jika dihitung harian, maka pendapatan petani kedelai sebesar Rp 152 ribu per hari dengan input usaha tani per ha hanya Rp 5 juta. Sedangkan padi per hari kurang lebih Rp 143.500 dan jagung Rp 127 ribu per hari dengan input usaha tani masing-masing dirata-ratakan sebesar Rp 15 juta per ha.
Petani harus menunggu jagung panen hingga 110 hari, padi sekitar 115 hari. Sementara kedelai bisa dipanen lebih cepat hanya 85 hari. Jika pendapatan dibagi waktu tanam, maka sebenarnya kedelai paling menguntungkan. Demikian dikutip dari laman Ditjen Tanaman Pangan.*