Pertanian modern ala petani petrosida jika budidaya tanaman yang semula kelihatan tidak mungkin menjadi mungkin. Mudah dan menghasilkan produksi berkali lipat. Efisien waktu dan adanya inovasi (teknologi).
MAJALAHTEBAR.com. Pertanian modern merupakan teknologi atau inovasi di bidang pertanian yang lebih maju, dari segi mesin, pengendalian hama penyakit sampai panen dan pasca panen. Hal yang membedakan pertanian modern dengan pertanian tradisional adalah perlakuan atau cara perawatan dan budidayanya.
Teknologi yang berkembang di Indonesia semakin ke arah yang lebih maju, tergolong cepat pertanian Indonesia mengimbangi dengan negara lain. Pertanian modern yang sekarang ini berjalan memberikan dampak atau respon pada petani dan peternak untuk mereka gunakan sebagai pekerjaan mereka.
Pada dasarnya kita bisa melihat dari beberapa hal yang dapat di nilai dari pertanian modern. Faktor yang mendukung pertanian modern adalah Sumber Daya Manusia (SDM), benih berkualitas tinggi, hasil pertanian perikanan dan peternakan yang berkualitas, serta mekanisasi berteknologi tinggi.
Metode pertanian modern adalah pengembangan inovasi dan teknologi pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi pertanian. Metode ini muncul untuk merespon kebutuhan ketahanan pangan global yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk.
Mengapa harus pertanian modern ?
Kebutuhan pangan pada negara kita tidak bisa dilepaskan, manusia memiliki ketergantungan pada makan. Jika ketersediaan pangan tidak ada maka masyarakat kelaparan.
Pertanian modern tentu bisa secara cepat mengatasinya, contohnya lahan yang sempit bisa menghasilkan yang berlimpah dengan waktu yang tergolong cepat.
INTI PERTANIAN MODERN
Yang disebut pertanian modern jika:
- Berbudidaya yang tidak mungkin menjadi mungkin.
- Mudah dan menghasilkan produksi berkali lipat
- Efisien waktu dan adanya inovasi (teknologi).
Tamiaji, petani binaan Petrosida Gresik di wilayah Tuban, Jawa Timur merupakan salah satu dari banyak petani binaan Petrosida yang sudah menerapkan teknologi dalam melakukan budidaya pertaniannya. Petani ini menerapkan teknologi sejak dari persemaian benih, pengendalian gulma serta penyemprotan pestisida menggunakan drone. Menggunakan pula alsintan khususnya mesin panen di akhir fase budidayanya.
3 (tiga) hal yang menjadi kunci Tamiaji dalam melakukan perbaikan sistem pertaniannya antara lain :
- Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan)
Pertanian tradisional identik menggunakan alat yakni berupa sabit, cangkul. Memanfaatkan tenaga hewan seperti kerbau untuk membajak sawah, dan tenaga manusia dari menanam hingga panen. Kini sudah berubah menggunakan teknologi mesin tanam, penggunaan drone dan mesin panen.
- Konsep Pertanian
Konsep lama yang hanya fokus menggunakan pupuk kimia menjadi penggunaan produk organic seperti memasukkan produk-produk hayati seperti Saptabio dan Sidanik cair dalam campuran pupuknya sehingga mampu mengurangi penggunaan jumlah pupuk kimia hingga 50%.
- Biaya Produksi
Umumnya pertanian tradisional akan membutuhkan modal yang lebih sedikit dibandingkan dengan pertanian modern. Namun biaya produksi kini meningkat seiring dengan naiknya harga pupuk kimia.
Biaya tenaga kerja juga meningkat karena ketersediaannya makin terbatas. Bisa jadi dengan kondisi ini pertanian tradisional justru lebih mahal.
Jika petani melakukan beberapa perubahan yang selama ini dilakukan karena kebiasaan turun temurun maka mereka sebenarnya melakukan banyak pemborosan keuangan terutama di biaya produksinya.
Pertanian modern ala petani Petrosida dengan melakukan input teknologi dalam berbudidaya dengan menggunakan Pupuk Hayati “Sapta Bio”, menggunakan drone dalam penyemprotan serta penggunaan mesin panen maka kegiatan tersebut akan berdampak positif terhadap biaya produksi yang turun, hemat waktu serta hasil panen yang meningkat baik dari sisi kualitas ataupun kuantitasnya.*