Trik Jitu Budidaya Cabai Berhasil Sepanjang Tahun
Trik jitu budidaya cabai berhasil sepanjang tahun yakni dengan menggunakan produk yang tepat untuk mengendalikan hama dan penyakit. Produk MKD menjadi jawabannya dan mampu mengantarkan petani panen sukses.
MAJALAHTEBAR.com. Sepanjang tahun mereka tak henti menanam cabai. Seabrek hama dan penyakit mampu mereka kendalikan. Alhasil, mereka selalu berhasil memanen cabai sesuai harapan. Banyak petani menghindari bertanam cabai pada musim hujan. Alasannya, cabai tergolong rentan terhadap serangan penyakit maupun perubahan cuaca.
Disisi lain, biasanya harga cabai pada musim hujan terbilang tinggi, lantaran pasokannya seret. Menurut catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, pertengahan Februari sampai pertengahan Maret 2024 misalnya, rata-rata harga cabai keriting di pasar tradisional berkisar Rp. 64.000,- sampai Rp. 73.000,- per kg.
Bagi pertain yang sudah piawai menanam cabai, kondisi tersebut menjadi peluang besar untuk mengeruk keuntungan. Terlebih, cabai tetap dibutuhkan konsumen setiap hari tanpa dipengaruhi perubahan cuaca.
TERUS MENANAM CABAI
Hal itu pula lah yang menjadi salah satu alasan Ipung Sarwanto (28 tahun) dan Endri Prasmono (38 tahun) terus-menerus mengusahakan cabai. “Setiap hari pasar pasti membutuhkan pasokan cabai. Terlebih dibeberapa restoran yang selalu membutuhkan cabai. Oleh karena itu, saya selalu semangat untuk tak henti menanam cabai,” ujar Ipung yang kini mengusahakan 5,4 ro (3.600 m2) kebun cabai di wilayah Sindoro, Temanggung, Jawa Tengah. Ia lebih memilih cabai keriting yang ditumpangsarikan dengan cabai rawit.
Hal serupa disampaikan Endri yang mengusahakan cabai keriting di Kayu Aro, Kerinci, Jambi. “Pasar Jami dan Sumatera Barat setiap hari butuh pasokan cabai keriting. Lantaran itu, di kebun terus saya upayakan ada tanaman cabai keriting. Setiap bulan saya menanam 3 – rol mulsa dengan populasi 9.000 – 12.000 tanaman,” ungkapnya.
Ipung dan Endri tidak menampik bahwa setiap kali membudidayakan cabai, selalu diancam serangan hama maupun penyakit. Hama dan penyakit yang kerap mengganggu pada budidaya cabai keriting dan cabai rawit di Temanggung, yakni virus gemini, layu bakteri, layu fusarium, hama thrips, ulat grayak, dan tungau.
“Pada penanaman awal musim hujan, intensitas serangan virus gemini bisa mencapai 50%. Setelah hujan terus menerus, serangannya menurun, paling tinggi sekitar 15%. Karena kelembapan menjadi tinggi, biasanya muncul penyakit layu bakteri atau layu fusarium,” bebernya.
Sementara hama, lanjut dia, tetap ada walaupun serangannya tidak seberap dibandingkan pada musim kemarau. Dari pengalaman Endri di Kayu Aro, pada musim kemarau, hama yang kerap hadir di kebun cabai keriting adalah lalat buah (Bactrocera spp.), kutu kebul (Bemisia tabaci), hama trips (Thrips palmi), ulat grayak (Spodoptera litura), ulat bor (Helicoverpa armigera), serta tungau (Tarsonemus sp dan Poliphagotarsonemus latus). Sedangkan pada musim hujan yakni penyakit kresek (Cercospora capsici), layu bakteri (Pseudomonas solaracearum), layu fusarium (Fusarium oxysporum), serta Pytopthora capsici yang menyebabkan busuk ranting, batang dan akar.
MENGGUNAKAN PRODUK MKD
Endri menyarankan, meski selalu dirongrong hama dan penyakit, hingga kini Ipung dan Endri tetap eksis mengusahakan cabai. Keberhasilan budidaya cabai terletak pada kepiawaian merawat tanaman. Oleh karena itu, sejak persiapan lahan hingga habis panen, tanaman harus dirawat telaten secara berkala .
“Untuk merawat tanaman, sejak dua tahun lalu, saya beralih menggunakan produk-produk MKD. Terlebih sebelum menggunakan produk MKD, saya pernah gagal mengendalikan lalat buah,” akunya.
Produk MKD yang menjadi andalan yakni insektisida oksamil 10%, METINDO 40 SP, MITION 500 EC, ROTRAZ 200 EC, dan abamektin 72 g/l. Sedangkan fungisidanya yaitu POTANIL 75 WP, mancozeb 80%, dan asam fosfit 400 g/l. Kemudian, tambah biostimulan FORSIL.
“Saya memilih produk MKD karena kualitasnya bagus dan dapat diandalkan, harganya juga terjangkau. Sudah saya buktikan dalam dua tahun terakhir ini,” tandas Endri.
Guna mendukung tanaman cabai dapat tumbuh optimal, tidak lupa Endri dan Ipung juga memanfaatkan biostimulan FORSIL. Forsil mulai saya gunakan pada penyemprotan ke-3 atau pada usia 44 HST. Penyemprotan dengan FORSIL diulang selang 2 kali penyemprotan pestisida.
Dalam satu musim tanam, penggunaan FORSIL sebanyak 10- 15 kali aplikasi. Pada masa vegetative, dosisnya 20ml per tangka 16 liter. Dan pada masa generative, naikkan dosisnya menjadi 30ml per tangki.
Endri dan Ipung mengakui bahwa kualitas dari produk-produk MKD yang mereka gunakan selama budidaya tanaman cabai sangat bagus.. Hal ini terbukti dari produksi cabai keritingnya sudah meningkat menjadi rata-rata 1 kg per tanaman. Demikian juga pula cabai rawit yang naik menjadi 1 – 1.5 kg per tanaman. *