MAJALAHTEBAR.com. Antranoksa sudah menjadi penyakit utama pada budidaya cabai. Kerugian akibat serangan antranoksa yang memiliki sebutan lain ‘patek’ atau ‘busuk kering’ ini bisa mencapai 100 persen. Karenanya, petani selalu berharap panen bisa selamat dari gangguan penyakit akibat serangan jamur Colletotricum capsici ini. Apalagi saat harga sedang bagus.
Antranoksa sangat berkembang pada kondisi cuaca yang ekstrim, terutama cuaca sangat panas dan jarang hujan. Kondisnya makin parah jika tanaman banyak asupan Nitrogen (N) dan kekurangan Kalsium (Ca). Dinding sel yang tipis karena kekurangan Ca, membuat tanaman cabai mudah terserang patek.
Gejala awal antranoksa yakni adanya bercak cokelat kehitaman pada bagian buah, kemudian meluas menjadi busuk lunak. Bagian tengah buah cabai, terlihat bercak-bercak yang merupakan kelompok seta dan konidium yang berwarna titik-titik hitam.
Jika cabai terserang antranoksa yang parah, buah cabai akan mengerut dan mengering. Bentuknya seperti jerami. Cuaca panas dan lembab dapat mempercepat perkembangan penyakit.
Langkah pencegahan terhadap penyakit ini, pertama mengecek pH tanah sebelum tanam. Sebab, pupuk akan tidak ada manfaatnya jika pH tanah tidak netral. Kedua, mengatur jarak tanam. Hindari tanam terlalu rapat pada musim hujan. Ketiga, memberikan nutrisi yang seimbang, yaitu Nitrogen, Fosfor, Kalium, Kalsium, Magnesium, Besi, dan Boron.
Pemberian pupuk Kalsium yang berfungsi untuk mempertebal dinding sel. Pupuk kalium yang bebas klor juga berguna sebagai pupuk dasar sebelum tutup mulsa, dan NPK sebagai pupuk kocor pada 5-18 HST.
Menurut Bambang Nuryono, Ketua Asosiasi Petani Hortikultura Purbalingga, Jawa Tengah (APHP), patek tidak bisa dilarang datang meski petani tidak menginginkannya. Namun, ada upaya yang dilakukan untuk mencegah dan mengendalikannya.
Selain menambahkan pupuk yang tepat, aplikasi fungisida berfungsi untuk mencegah jamur Colletotricum capsici merusak tanaman . “Fungisida jangan sampai terlambat karena penyebaran antraknosa sangat cepat. Seminggu bisa gunakan 2 kali antara fungisida sistemik dan kontak secara berseling. Untuk pencegahan bisa gunakan dosis sedang,” jelasnya.
Bila menggunakan fungisida bahan aktif Mancozeb bisa dengan dosis 4 gram/liter. atau 60 gram per tangki 15 liter. Sedangkan bila menggunakan fungisida bahan aktif propineb dosisnya 2 gram/liter.
“Khusus cabai rawit yang terkena patek bisa juga dipangkas. Rawit pangkasan bisa sesubur rawit pindah tanam. Produksi bisa lebih tinggi karena pertumbuhan cabang lebih cepat,” tambahnya.
Intinya, tegas Bambang, agar cabai aman dari patek, petani perlu menerapkan 3 langkah penting, yakni memilih varietas yang cocok dengan lingkungan dan iklim setempat. Kedua pemupukan yang tepat. Ketiga penggunaan pestisida sesuai dengan prinsip 6 (enam) TEPAT.*