Umumnya, musim hujan merupakan musim yang sangat dihindari oleh banyaknya petani. Khususnya petani mentimun di wilayah Tasikmalaya, lantaran tingginya serangan hama penyakit. Namun hal ini berbeda dengan Muhammad Ramlan, petani mentimun binaan MKD di Sariwangi, Tasikmalaya, Jawa Barat yang secara konsisten tetap menanam mentimun dengan 4 kali musim tanam per tahun.
MAJALAHTEBAR.com. Ramlan mengakui sebelumnya budidaya mentimum pada musim hujan hanya dapat menghasilkan 300 kg dari satu amplop benih. Kini, rata-rata naik mencapai 600 kg. Sedangkan pada musim kemarau, yang awalnya hanya bisa panen 400 – 500 kg per amplop benih, kini bisa naik mencapai 800 kg.
Dengan konsistensi dan ketekunan sejak tahun 2010, Ramlan selalu mencoba berbagai macam produk untuk merawat tanamannya. Namun hasilnya masih saja belum memuaskan. “Alhamdulillah dalam tiga musim tanam terakhir, saya baru menemukan formulasi yang tepat untuk merawat tanaman saya. Hingga habis panen tanaman mentimun tetap sehat dan produksinya meningkat” ujar Ramlan.

Keberhasilan Ramlan dalam budidaya mentimun, dinikmati juga oleh 13 petani mitranya. Kini, Ramlan memiliki lahan mentimun seluas 300 tumbak (4.200 m²) sedangkan para petani mitranya mengelola kebun seluas 100 – 200 tumbak per orang.
Rahasia keberhasilan Ramlan dan para petani mitranya, terletak pada cara perawatan tanamannya. Penyemprotan pestisida rutin 5 – 6 hari sekali dan pemupukan yang dilakukan harus tepat waktu. “Khusus pemupukan dalam satu musim tanam, saya menambahkan Forsil dengan 3 kali penyemprotan. Aplikasi biasanya dilakukan pada tanaman berumur 20 hari setelah tanam (HST), 25 HST dan 30 HST dengan konsentrasi 15 ml per tangki 16 liter,” papar Ramlan. Supaya lebih efisien, biasanya pengaplikasian Forsil dicampur dengan penyemprotan hama dan penyakit.
Menurut Deris Abdul, Field Assistant PT. Mitra Kreasidharma (MKD) Wilayah Tasikmalaya, pengaplikasian Forsil dapat dilakukan secara tunggal maupun dicampur dengan pestisida. Meski begitu, hasil penyemprotan Forsil pada tanaman tetap bagus.
Sebelum menggunakan produk Forsil, Ramlan mengakui bahwa dalam satu musim tanam ia hanya mampu memanen 7 kali petik sudah habis. Setelah menambahkan Forsil, panen dapat dilakukan hingga 14 kali petik. “Baik pada musim kemarau maupun musim hujan dengan cuaca yang ekstrim sekalipun. Tidak hanya itu saja, panen dapat meningkat hingga 100%, ” ujar Ramlan.
Yohan Pramana, Agronomist MKD Wilayah Jawa Barat menambahkan bahwa Forsil sebagai biostimulant yang mampu menstimulan tanaman mentimun dalam meningkatkan efisiensi penyerapan nutrisi juga dapat meningkatkan imunitas tanaman. Tidak hanya itu saja, dengan menggunakan produk Forsil, kualitas hasil panen akan meningkat sehingga ukuran dan bobot mentimun bisa meningkat dari biasanya.
“Untuk melindungi tanaman dari serangan hama penyakit, saya juga mengandalkan produk-produk MKD,” ujar Ramlan. Insektisida unggulan MKD yang menjadi andalan Ramlan yakni sipermetrin 250 g/l EC, imidakloprid 10% WP, metomil 40% SP, metil tiofanat 70% WP, difenokonazol 250 g/l EC dan mancozeb 80 WP.
Menurut Ramlan, dari sekian banyak hama mentimun, oteng-oteng (Aulocophora sp.) dan ulat pucuk (Spodoptera sp.) yang paling merepotkan. Sedangkan penyakit utamanya yaitu kresek alias embun bulu (downy mildew) yang disebabkan cendawan Pseudoperonospora cubensis dan embun tepung (Erysiphe cichoracearum).
“Untuk pencegahan hama dan penyakit, mulai umur 7 – 10 HST, saya sudah menyemprotkan insektisida Brasso 250 EC ditambah fungisida Topsindo 70 WP. Penyemprotan diulang setiap 5 hari sekali hingga tanaman berumur 30 HST. Penggunaan insektisida dan fungisidanya diselang-seling untuk menghindari kekebalan hama penyakit. Dan mulai umur 20 HST, ke dalam campuran pestisida ditambahkan Forsil. Konsentrasi penggunaan disesuaikan dengan rekomendasi dan umur tanaman,” urainya.
“Alhamdulillah, dengan mengandalkan produk-produk MKD, tanaman terlindungi dari serangan hama maupun penyakit hingga akhir panen. Hasil panennya pun memuaskan,” aku Ramlan.
Yang jelas, dengan memanfaatkan produk-produk MKD, biaya produksi menjadi lebih efisien. Soalnya, “selain kualitasnya dapat diandalkan, harganya sangat terjangkau. Oleh karena itu, produk MKD menjadi pilihan tepat petani karena harga pestisida dan pupuk melambung tinggi,” kilahnya.
Tak hanya itu, “Produk MKD mudah diperoleh, selalu tersedia di kios-kios pertanian terdekat. Ditambah lagi, petugas lapangan MKD juga ramah dan selalu bisa diajak berdiskusi oleh petani,” pungkas Ramlan.*