Panen Maksimal Meski Iklim Berubah
Panen maksimal meski iklim berubah. Ini pengalaman petani cabai yang menggunakan produk MKD. Aplikasi FORSIL membuat tanaman menjadi lebih kokoh. Daun dan buahnya hijau mengkilap. Tanaman terlindungi dari gangguan hama dan penyakit.
MAJALAHTEBAR.com. Banyak petani menghindari bertanam cabai pada musim hujan. Alasannya, cabai tergolong rentan terhadap serangan penyakit maupun perubahan cuaca.
Disisi lain, biasanya harga cabai pada musim hujan terbilang tinggi, lantaran pasokannya seret. Menurut catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, pertengahan Maret 2024 misalnya, rata-rata harga cabai keriting di pasar tradisional berkisar Rp. 64.000,- sampai Rp. 73.000,- per kg
Bagi petani yang sudah piawai menanam cabai, kondisi tersebut menjadi peluang besar untuk mengeruk keuntungan. Terlebih, cabai tetap dibutuhkan konsumen setiap hari tanpa dipengaruhi perubahan cuaca.
PASAR BUTUH PASOKAN CABAI
Hal itu pula lah yang menjadi salah satu alasan Ipung dan Endri terus menerus mengusahakan cabai. Baik pada musim hujan, apalagi pada musim kemarau.
“Setiap hari pasar membutuhkan pasokan cabai. Oleh karena itu, saya tak henti menanam cabai,” aku Ipung.
Petani muda satu ini sedang mengusahakan 4.5 rol (3.600 m2) kebun cabai di wilayah Sindoro, Temanggung, Jawa Tengah. Ipung lebih memilih cabai keriting yang ditumpangsarikan dengan cabai rawit.
Hal serupa disampaikan oleh Endri yang mengusahakan cabai keriting di Kayu Aro, Kerinci, Jambi. Daerah ini menjadi sentra pengembangan tanaman cabai di Jambi dan sering menjadi percontohan daerah lain.
“Pasar Jambi dan Sumatera Barat setiap hari butuh pasokan cabai keriting. Lantaran itu, di kebun terus saya upayakan ada tanaman cabai keriting. Setiap bulan saya menanam 3-4 rol mulsa dengan populasi 9.000 – 12.000 tanaman,” ungkapnya.
Ipung dan Endri tak menampik, setiap membudidayakan cabai selalu diancam serangan hama maupun penyakit. “Dibandingkan 7 tahun lalu, hama dan penyakit cabai masa sekarang lebih banyak, mungkin karena kondisi alamnya sudah berubah,” ujar Ipung yang sudah menekuni usaha tani cabai sejak 2016.
Hal senada diutarakan Endri. “Sejak 2023, intensitas serangan lalat buah terus meningkat. Hal itu berbeda jauh dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” ucap Endri yang telah mengupayakan cabai keriting sejak 2017.
HAMA DAN PENYAKIT
Menurut Ipung, hama dan penyakit yang kerap mengganggu pada budidaya cabai keriting dan cabai rawit di Temanggung, yakni virus gemini, layu bakteri, layu fusarium, hama thrips, ulat grayak dan tungau. “Pada penanaman awal musim hujan, intensitas serangan virus gemini bisa mencapai 50%. Setelah hujan terus-menerus, serangannya menurun, paling tinggi sekitar 15%. Karena kelembaban yang tinggi, biasanya muncul penyakit layu bakteri atau layu fusarium,” jelasnya.
Sementara hama tetap ada walaupun serangannya tidak seberat dibandingkan pada musim kemarau. Dari pengalaman Endri di Kayu Aro, pada musim kemarau, hama yang kerap hadir di kebun cabai keriting adalah lalat buah (Bactrocera spp.), kutu kebul (Bemisia tabaci), hama trips (Thrips palmi), ulat grayak (Spodoptera litura), ulat bor (Helicoverpa armigera), serta tungau.
Namun, kedua petani muda ini sudah menganggap hama dan penyakit tanaman sudah menjadi bagian dari budidaya. Datangnya tidak bisa ditolak tetapi masih bisa dikendalikan agar tidak sampai banyak merusak tanaman. Bila pengendalian optimal, maka petani juga bisa panen maksimal.
Guna mendukung tanaman cabai tumbuh optimal, tidak lupa Endri memanfaatkan biostimulan Forsil. “Forsil mulai saya gunakan pada penyemprotan ke-3 atau pada usia 44 HST. Penyemprotan dengan Forsil diulang selang 2 kali penyemprotan pestisida. Dalam satu musim tanam, penggunaan Forsil sebanyak 10 sampai 15 kali aplikasi. Pada masa vegetative, dosisnya 20ml per tanki 16 liter. Dan pada masa generatif, dosisnya dinaikkan menjadi 30ml per tanki,” jelasnya.
Menurut Endri, Kandungan silika pada Forsil sangat berpengaruh. Tanaman menjadi lebih kokoh dengan daun hijau mengkilap. Demikian juga pada buahnya.
“Daun dan buah seperti terlapisi lilin sehingga mengurangi intensitas serangan penyakit. Produk-produk MKD terbukti mampu membantu kelancaran usaha tani saya,” ujarnya bersyukur.*