Budidaya kentang bagi Riswan lebih menjanjikan. Bermula dari lahan 2000m2 kini petani milenial ini menanam kentang seluas 1 hektar. Kuncinya menggunakan FORSIL, biostimulan yang membuat daun hijau, tanaman kokoh dan panen berlimpah. Hasil penjualan kentang bisa untuk membeli mobil Jazz dan pick up. Riswan membuktikan, bertani bisa menjadi andalan.
MAJALAHTEBAR.com. Umur boleh masih muda. Namun, ia sudah mampu hidup layak bahkan sejahtera. Mendapatkan berbagai keuntungan dari bertani seperti mampu membangun rumah dan membeli mobil Jazz serta mobil pick up.
Itulah Riswan, petani milenial berusia 29 tahun di sentra pertanian Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. “Saya memilih menjadi petani karena menawarkan kesuksesan yang baik.” Ujar Riswan.
Berkat usahanya, petani milenial ini mampu membuktikan, dengan menekuni usaha sayuran di desa, namun berpenghasilan layak. Bahkan penghasilannya tidak kalah dengan gaji seorang manajer di perusahaan besar.
Bagi banyak petani di dataran tinggi, crop (tanaman) kentang menjadi pilihan utama. Demikian pula yang dilakukan oleh Riswan yang sudah menekuni budidaya tanaman kentang paling tidak selama 10 tahun.
Menurutnya, budidaya tanaman kentang lebih menjanjikan dibandingkan dengan sayuran lain. Pertama kali menanam, Riswan hanya mengupayakan sekitar 2.000 m2 yang ia tanami dengan 200kg benih kentang.
Secara perlahan tapi pasti, dengan ketekunan dan semangat kerja cerdas usahanya terus berkembang. Sekarang, permusim tanam, rata-rata ia menanam 1 ton benih, atau sekitar 1 hektar.
Terjangkau Tapi Mumpuni
Dalam melakukan budidaya, Riswan banyak memanfaatkan pupuk kandang. Sementara untuk perlindungan tanaman, ia memilih produk pestisida yang harganya lebih terjangkau namun memiliki kualitas mumpuni.
Alhasil, Riswan mampu menekan biaya produksi. Riswan mengakui bahwa total biaya untuk menanam 1 ton benih sekitar 40an juta.
Dari 1 ton benih, rata-rata Riswan menuai panen 17 ton kentang konsumsi. Dengan harga jual di Uluere rata-rata 12.000 per kg, permusim tanam Riswan memperoleh penghasilan 204 juta rupiah.
Dari menggeluti usaha kentang, kini Riswan sudah memiliki rumah kayu (adat) sendiri. Riswan juga tidak memungkiri, tiap musim tanam kentang tidak lepas dari ancaman hama maupun penyakit. “Dari dalam tanah terancam uret. Diatas tanah juga selalu ada hama dan penyakit,” ucapnya.
Selain melakukan perlindaungan tanaman dari serangan hama penyakit yang ketat, masih ada satu rahasia lagi yang bikin Riswan sukses. “Agar tanamannya kuat, mulai umur 1 bulan, saya semprotkan biostimulan FORSIL. Penyemprotan dicampur dengan fungisida juga tidak apa-apa. Tidak menggumpal,” ujar Riswan.
Dalam satu musim tanam, Riswan mengaplikasikan biostimulan lebih dari 10 kali. “Lebih banyak lebih baik,” kilahnya. Kenyataan, dua hari setelah semprot saja hasilnya sudah tampak. Daun menjadi lebih hijau bahkan daunnya lebih rimbun. Secara keseluruhan, tanamannya juga kuat tidak mudah roboh. Dan yang lebih penting, Riswan mengakui bahwa hasil panen melimpah.*