MAJALAHTEBAR.com. Tanaman membutuhkan hara makro C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S dan Hara Mikro Fe, Mn, Mo, B, Cu, Zn, dan Cl yang seimbang untuk pertumbuhan dan produksi. Hara mikro walaupun dibutuhkan hanya sedikit tetapi keberadaannya sangat penting dan bila tidak diperhatikan maka dapat mempengaruhi hasil panen.
Antara hara makro dan mikro sebaiknya tercukupi, sebab, jika ada yang kurang maka pertumbuhan tanaman kurang optimal bahkan bisa terganggu yang berujung pada berkurangnya produksi.
Lahan yang terus-menerus ditanami tanpa penambahan unsur mikro akan membuat tanah tereksploitasi karena unsur mikro biasanya turut terpanen bersama dengan tanaman, oleh karena itu pupuk mikro wajib ditambahkan disaat mulai persiapan tanam dan masa pemeliharaan. Apalagi, lahan tersebut digunakan untuk budidaya tanaman umbi-umbian.
Sifat dari tanaman umbi rakus menghisap hara mikro sehingga pemupukan ulang sangat diperlukan setelah panen, demikian pula tanah terbuka luas ditambah ada kemiringan tanah juga membuat hara mikro berkurang karena penguapan dan erosi tanah.
Kekurangan unsur mikro biasanya dijumpai pada tanah masam (pH rendah), dan tanah basa (pH tinggi), tanah mineral berbahan induk masam atau berbahan organik rendah. Pupuk mikro juga perlu disediakan dalam bentuk mikro organik karena selain untuk meningkatkan hasil pertanian dan memperbaiki hara tanah pupuk mikro organik juga sebagai antibodi tanaman terhadap serangan hama penyakit.
Menurut Nawawi Lee, praktisi pemupukan, masih ada petani yang belum terbiasa mengukur pH tanah sebelum tanam, memberikan pupuk N berlebihan dan kurang memberikan pupuk mikro. Kondisi pH tanah yang rendah dan hara tanah lebih banyak terkuras, maka penyerapan hara tidak optimal dan terjadi defisiensi hara. “Ini bisa dikatagorikan sebagai penyakit,” tegasnya saat mendampingi petani kentang di Semarang, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.
Selain kentang, panen tomat secara terus-menerus juga bisa menguras hara mikro. Jika berikutnya diselingi dengan kentang, maka umbi kentang bisa kekurangan hara mikro yang berdampak pada turunnya kualitas. Dampaknya petani yang bermitra dengan perusahaan bisa merugi karena kentangnya ditolak pabrik.
Jika masih menggunakan urea, saran Nawawi, gunakan pupuk N (Urea) yang slow release dengan sebelumnya mengkondisikan pH tanah. Tambahkan pupuk Kalium agar penyerapan K optimal. Pilih pupuk yang water soluble (mudah terlarut) sehingga mudah diserap oleh tanaman.
Aplikasi melalui semprot daun dengan cara sprayer dibalik agar mengenai stomata. “Lakukan pada saat stomata terbuka yakni antara jam 07.00 – 10.00 atau sore hari jam 15.00 – 16.00,” jelasnya.*