3 Jurus Dimyati bisa panen sukses di tengah perubahan iklim. Semai sebelum hujan, olah tanah langsung tanam dan ikuti anjuran instansi terkait.
MAJALAHTEBAR.com. 3 Jurus Dimyati Bisa Panen Sukses di Tengah Perubahan Iklim. Dampak perubahan iklim berakibat pola tanam yang berubah. Musim tanam padi pertama 2023/2024 yang seharusnya di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah mulai bulan November 2023 tidak bias terlaksana karena sebagian besar baru mendapatkan hujan di akhir November 2023, sehingga musim tanam pertama mundur.
Namun, kondisi ini tidak menyurutkan langkah petani 76 tahun dari kecamatan Bagelen, Purworejo Jawa Tengah. Berbagai upaya ditempuhnya agar lahan di daerahnya bisa tetap panen.
Selain petani, Dimyati juga aktif di beberapa kelembagaan antara lain anggota Komisi Irigasi Kabupaten Purworejo, Ketua gabungan perkumpulan petani pemakai air DI (Daerah irigasi) Gunung Butak Bagelen, Ketua Kontak tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Bagelen, Pengurus kelompok tani, dan juga pengusaha sukses baik di bidang agribisnis maupun pengusaha nisan dan usaha lainnya.
SEMAI LEBIH AWAL
Pemkab Purworejo melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Purworejo merekomendasikan MT I semai padi di mulai awal bulan November 2023 toleran Dasarian kedua. Dengan semangat yang gigih luar biasa di usia yang sudah tidak muda lagi dia memberikan contoh kepada masyarakat sekitar untuk melakukan inovasi. Meski belum ada hujan dan aliran irigasi dari DI Gunung Butak Kecamatan Bagelen, petani satu ini melakukan semai pada pekan kedua November 2023 lalu.
Pengairan memanfaatkan sumberdaya air dari air tanah dangkal (ATD). Normalnya DI Gunung Butak mampu mengairi sawah seluas 198,334 Ha dengan rincian Desa Bagelen 94,950 Ha, Krendetan 74,034 Ha dan Bugel 29,350 Ha.
Dimyati memulai tanam padi pertama MT I 2023/2024 pada tanggal 23 Desember 2023. Karena keterbatasan sumberdaya air maka pengolahan lahan dan tanam dilakukan dalam waktu yang hampir bersamaan. Jadi setelah selesai pengolahan, tanah langsung ditanami menggunakan varietas M 70, yang berumur panen pendek sekitar 70 HST.
Hasilnya, produksi tinggi mencapai 6 ton/ha. Harga gabah sedang tinggi saat itu Rp 8.000/kg sehingga total pemasukan mencapai Rp 48 juta.
Setelah dikurangi biaya produksi sekitar Rp. 16,8 juta, pendapatannya sebesar Rp 31,1 juta/ha. Hasil yang besar untuk petani padi.
MENGAJAK PETANI MUDA
Sebenarnya, dengan hasil tersebut, ia ingin mengajak kepada petani muda di Kecamatan Bagelen khususnya yang di bawah DI Gunung Butak agar tidak patah semangat dengan perubahan iklim. Cerita kesuksesannya bisa melakukan budidaya tanaman padi di MT I tersebut hasil kerjasama instansi terkait sehingga bisa panen dengan produksi yang tinggi. Dengan mendapatkan hasil yang sangat tinggi tersebut bisa menjadi contoh bagi petani di wilayah Purworejo dan daerah lainnya.
MENCIPTAKAN INOVASI
“Karena petani itu ibarat anak kecil mau makan di suapin saja menangis, bahkan makanannya di berantakin, akan tetapi setelah tahu kalau makan itu enak dan membuat nyaman maka si anak tersebut akan makan dengan sendiri. Menghadapi perubahan iklim yang tampak jelas di depan mata ayo bergerak untuk menciptakan inovasi dan teknologi agar bisa beradaptasi dan mengembangkan sektor pertanian di sekitar kita bisa berubah, ‘’jelasnya.
Dia pun menunggu relawan-relawan yang peduli dengan pertanian. Relawan baik instansi swasta, instansi pemerintah dan petani-petani muda agar tumbuh menjadi generasi pertanian yang handal dan kompeten. Dengan memahami situasi dan kondisi alam yang saat ini sudah berubah maka petani di era kini maupun mendatang harus lebih peka terhadap perubahan kondisi alam.
Generasi petani milenial ke depan harus mau dan mampu terjun lebih giat dan semangat untuk mempertahankan pertanian agar tidak di tinggalkan oleh keluarga petani itu sendiri. Harapannya, petani bisa bersinergi dengan instansi terkait seperti Dinas ketahanan Pangan dan Pertanian, DPUPR, UPT Pengairan, Informasi BMKG. Termasuk berkoordinasi dengan pihak lain seperti perusahaan pupuk, pestisida dan lain sebagainya.
Sinergi tersebut akan mendukung ketahanan pangan nasional. Jangan melihat umur, namun petani harus memiliki semangat juang tinggi untuk mengelola usaha tani. Lahan yang semula kering menjadi hijau. Hasilkan produksi tinggi, menambah pendapatan bagi petani.* Legirin THL TBPP