MAJALAHTEBAR.com. Malam itu sekitar jam tujuh saya memutuskan balik ke Jakarta setelah mengikuti acara pertemuan di Bandung. Saya mengendarai mobil sedan. Dalam benak sebelum berangkat, sempat timbul rasa khawatir.
‘’Saya sendiri, tol Cipularang terkenal angker, sudahlah semoga semua lancar sampai Jakarta,’’ kata batin saya.
Pada saat itu juga sambil baca Bismilah dan berusaha memantapkan diri, saya menyetir mobil sedan dengan tenang. Kecepatan berkisar 80-100 km/jam. Saya selama dalam perjalanan membaca Ayat Kursi terus menerus, dan selalu konsentrasi pada kondisi perjalanan.
Mulai KM 80-an saya merasa perjalanan kelihatan sepi. Hanya ada satu dua kendaraan. Dan untung kendaraan tersebut posisinya bersamaan atau searah dengan perjalanan saya. ‘’Syukurlah ada teman nih,’’ kata hati saya di sela membaca Ayat Kursi. Dan jauh di belakang tampak dari kaca terlihat truk besar.
Tepat di KM 90 lebih sedikit saya terdengar ada seseorang wanita menjerit-jerit. Kami tidak bisa mendengarnya walaupun dalam hati saya merasa kasihan jeritannya itu. Tidak ada kata minta tolong. Yang terdengar hanya menjerit-jerit seperti kesakitan. Lama kelamaan suara itu menghilang dan terdengar tangisan yang semakin keras.
Pada kondisi demikian, saya tetap tenang mengendarai mobil dalam kecepatan 100 KM/jam, dan saya tetap membaca Ayat Kursi yang semakin kencang bacaan saya. Dalam hati bertanya-tanya ‘’ siapa itu, apa hantu atau….’’ Begitu kata dalam hati saya mulai merinding mulut tetap komat kamit membaca Ayat Kursi.
‘’Tidak hilang-hilang, jerit dan tangis wanita ini dan terdengar semakin keras,’’ kata saya lagi, dan setelah berkata demikian saya tetap melanjutkan membaca Ayat Kursi. Kemudian memelankan kendaraan karena merasa khawatir kalau kencang malah kurang control dan membahayakan yang terjadi, makanya kecepatan kendaraan saya turunkan menjadi 80 KM/jam.
Pada saat itulah, terlihat jelas persis disamping mobil ada seorang wanita memakai baju serba putih rambut panjang dan mata memerah. Melihat demikian tiba-tiba saya semakin tambah merinding, mengkirik seraya semakin kencang saya membaca Ayat Kursi. Wanita itu tampak terbang disamping mobil saya sebelah kiri dan semakin kencang pula jerit tangisnya. Dan tepat pada KM 91 karena kebetulan saya melihat angka itu, wanita itu membalikkan badan lantas berdiri berjalan membelakangi mobil saya dan hilang entah kemana. Dan pada saat itu juga tidak terdengar lagi jerit tangis wanita. ‘’Alhamdulillah’’, kata hati saya seraya tetap membaca Ayat Kursi.
Setelah sampai di Jakarta, kejadian tersebut saya ceritakan kepada teman yang tahu tentang makhluk goib (makhluk misterius) itu. Katanya, untung saya masih dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dan usaha saya membaca Ayat Kursi adalah suatu usaha yang tepat. Karena semua makhluk halus yang mengganggu, kalau terdengar bacaan Ayat Kursi walaupun makhluk itu sudah siap akan mencelakakan kita, makhluk itu akan menjadi kewalahan merasa panas dan menangis.
Mungkin makhluk wanita itu menjerit dan menangis karena tidak bisa melakukan tugas yang diperintahkan atasannya untuk mencelakai saya sebagai tumbal. Semoga Tuhan Yang Maha Esa tetap melindungi kita, khususnya saya dimanapun berada.*