Petani kakao di Lampung Sudah Bisa menebus NPK Formula Khusus. Pupuk subsidi dengan formula 14-12-16-4 ini mampu membantu petani meningkatkan produktivitas tanaman kakao.
MAJALAHTEBAR.com. Petani yang mengembangkan budidaya tanaman kakao termasuk dalam katagori yang berhak mendapatkan pupuk bersubsidi. Ini sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 10 Tahun 2022 tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian.
Karenanya, PT Pupuk Indonesia (Persero) memastikan bahwa petani kakao yang berada di Provinsi Lampung sudah bisa menebus pupuk bersubsidi. Pupuk jenis NPK Formula Khusus Kakao sudah tersedia di kios resmi Pupuk Indonesia.
PEMUPUKAN PERDANA
Fickry Martawisuda, SVP PSO Wilayah Barat Pupuk Indonesia, menyampaikannya pada kegiatan Sosialisasi serta Pemupukan Perdana NPK Formula Khusus Kakao di Penjualan Wilayah Barat yang mencakup seluruh Pulau Sumatera, Jabar & Banten, hingga Jateng & DIY. Namun, petani harus terdaftar pada e-Alokasi atau telah memenuhi kriteria. “Kepada Bapak-Bapak yang sudah terdaftar mempunyai e-Alokasi untuk NPK Formula Khusus Kakao, silahkan untuk menebus di kios resmi,” tulis Fickry pertengahan Juni 2023 lalu.
Fickry menambahkan, petani yang berhak mendapat alokasi pupuk bersubsidi sesuai dengan Permentan Nomor 10 Tahun 2022 adalah petani wajib tergabung dalam kelompok tani. Penerima juga harus terdaftar dalam Sistem Informasi Manajemen Penyuluh Pertanian (SIMLUHTAN), dan menggarap lahan maksimal dua (2) hektar.
Pupuk Indonesia, lanjutnya, menyediakan alokasi pupuk bersubsidi sesuai ketentuan pemerintah. Adapun rencana kebutuhan pupuk bersubsidi NPK Formula Khusus Kakao Provinsi Lampung selama satu tahun sebesar 10.646 ton.
Untuk PSO Wilayah Barat mendapat alokasi yaitu 25.920 ton serta untuk provinsi Lampung yaitu 10.646 ton. Alokasi ini mencakup sepuluh (10) kabupaten di Provinsi Lampung antara lain Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Timur, Pesawaran, Pringsewu, Lampung Utara, Way Kanan, serta Pesisir Barat.
Sementara, total alokasi pupuk NPK Kakao Nasional yang telah disahkan oleh Bupati/Walikota yaitu 114.033 ton. Angka tersebut, sesuai Surat dari Dirjen PSP Nomor B-01/RC.210/B/01/2023 perihal Penyampaian Data Alokasi Pupuk Bersubsidi.
“Pada tahap pertama pertengahan Mei 2023 Pupuk Indonesia sudah menyediakan 200 ton serta sekarang (Juni 2023) ditambah 2300 ton kiriman dari Bontang ke Gudang Padimas Lampung” tambah Fickry.
Hingga 12 Juni 2023 lalu, Pupuk Indonesia telah menyalurkan pupuk bersubsidi di wilayah Provinsi Lampung sebesar 244.318 ton. Terdiri dari Urea 140.788, NPK Phonska 103.381 ton serta NPK Kakao 150 ton. Adapun stok di Provinsi Lampung terdapat total stok semua produk pupuk bersubsidi yaitu 41.985 ton atau 244 % dari ketentuan minimum pemerintah yaitu 17.200 ton.
NPK KAKAO
Setelah Lampung, Fickry mengatakan bahwa Pupuk Indonesia akan kembali menyalurkan pupuk bersubsidi NPK Formula Khusus Kakao ke provinsi lainnya. Provinsi tersebut antara lain Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Menurut Fickry, NPK Kakao ini dirancang sesuai kebutuhan tanaman kakao sehingga dapat berproduksi secara maksimal dalam meningkatkan produktivitas.
“Pupuk NPK Formula Khusus Kakao dibuat melalui proses mechanical blending dengan formula 14-12-16-4 Mg. Pupuk NPK Formula Khusus Kakao juga diperkaya unsur mikro yaitu CaO, S, ZnO dan B2O3 untuk meningkatkan kualitas buah dan melindungi tanaman terhadap serangan penyakit.” tandasnya.
Hadir pada kesempatan tersebut, Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Selatan, Yenni. Menurutnya, kehadiran pupuk bersubsidi ini sangat diharapkan untuk membantu meningkatkan produktivitas tanaman kakao. Kecamatan Kalianda menjadi salah satu wilayah yang memiliki luasan tanaman kakao terbesar di Provinsi Lampung, yaitu sekitar 2.760 hektar.
“NPK Formula Khusus Kakao ini pertama untuk di Desa Kecapi, Kalianda, mudah-mudahan semua petani ini mendapat manfaat khususnya dalam meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman kakao khususnya di Kalianda dan Provinsi Lampung,” pungkasnya.*