MAJALAHTEBAR.com. Ini sungguh-sungguh terjadi, ketemu duduk di batu nisan. Lokasi kejadian di sebuah dusun di Yogyakarta. Tepatnya dimana rahasia, karena etikanya memang begitu. Kejadian ini sekitar 37 tahun lalu (tahun 1986). Penasaran, begini kisahnya:
Ketika itu bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri tahun 1986. Seperti biasa setelah melaksanakan sholat Id orang-orang pada berjabat tangan saling memaafkan. Berkunjung ke orang tua, antar tetangga, antar kerabat dan seterusnya.
Sebut saja namanya Mbak Par, begitu nama panggilan dan masih berusia sekitar lima tahunan (anak kecil) Biasalah, namanya anak-anak kalo berkunjung mengikuti orang tuanya. Kebetulan saat itu mengikuti orang tuanya untuk berkunjung ke eyangnya (Ibunya orang tuanya Mbak Par) ke sebuah dusun yang lebih pelosok lagi letaknya sekitar 10 km kearah timur. Dusun tersebut dekat makam dan ditepi atau dikelilingi pegunungan.
Namanya anak-anak ketika orang tuanya sedang melakukan sungkem (tanda bukti hormat anak kepada orangtuanya atau apalah arti yang pas cari sendiri ya) ke Ibunya dan dilanjutkan diskusi (biasa setelah sungkem terus pada ngomong-ngomong). Anak-anak termasuk Mbak Par main dengan teman sebayanya di sekitar itu.
Disamping sungkem ke orang tua juga kerabat lain khususnya yang lebih tua. Sekitar jam 9 lebih orang tua Mbak Par, sebut saja De Pringgo setelah berkunjung dari ketiga kakak orang tuanya sebut saja De Darmo, De Pademo dan De Mangun baru ‘’ngeh’’ (perhatikan anaknya Mbak Par, cari lagi sendiri yang pas kata ini) tentang anaknya Mbak Par dimana??, kemana??…., kok tak kelihatan. Sejak kapan?? Pokoknya segala pertanyaan tentang Mbak Par dengan penuh kebingungan sambil mencari-cari.
MENCARI KE MAKAM
Kabar tersebut akhirnya tersebarlah di dusun dan desa itu, sehingga saudara, kerabat, tetangga semua orang yang mendengar mencari Mbak Par. Pada waktu itu belum ada HP sehingga semua mencari di segala tempat.
Dimana-mana di cari termasuk di makam, sekitar pegunungan, di sekitar pepohonan, sekitar kamar tempat tidur, almari dan seterusnya. Namun tidak diketemukan. Pada saat itu secara diam-diam De Darmo, yang juga kerabat dekat orang tua Mbak Par juga ikut mencari namun dengan mata batin. Maklum De Darmo oleh orang-orang daerah itu dikenal sebagai orang pintar (dekat pada Tuhan /Allah), minta pentunjuk dimana Mbak Par.
Salah satu saudara sepupu Mbak Par yang juga dekat dan tekun selalu mendekatkan diri pada Allah, sebut saja namanya Widodo bekerjasama dengan De Darmo. Tiba-tiba terdengar Adzan Dhuhur. Karena mau sholat maka pencarian dihentikan.
‘’Insya Allah setelah sholat semoga Mbak Par ditemukan Pakde,’’ kata Widodo kepada De Darmo. yang langsung dijawab De Darmo; ‘’Aamiin…..’’
Selesai sholat berjama’ah di masjid setempat, Widodo ngomong kepada De Darmo: ‘’tolong De Darmo do’a dan mata batin Pakde ya, saya mencari di makam sebelah,’’ kata Widodo terus berjalan kea rah makam yang letaknya di dekat masjid itu.
Setelah memasuki pintu makam Widodo menatap tajam seluruh lokasi makam sambil baca Ayat Kursi dan saat itulah Widodo tahu Mbak Par sedang duduk sendirian diatas sebuah batu nisan. ‘’Alhamdulillah itu Mbak Par, terima kasih Allah Mbak akhirnya ditemukan,’’ kata Widodo sambil melangkah menuju Mbak Par. Ketemu duduk di batu nisan. (Kisah ini dari pembaca TEBAR).*
