Pengendalian virus kuning dengan mengendalikan vektornya yakni Kutu kebul (Bemisia tabaci). Gunakan perangkap kuning untuk mengurangi populasi kutu kebul.
MAJALAHTEBAR.com. Virus kuning (gemini virus) masih dijumpai pada areal pertanaman hortikultura. Penyakit ini menjadi musuh utama petani cabai karena dapat mengganggu produksi baik yang ditanam di dataran rendah atau tinggi.
Penyakit Virus kuning disebabkan virus dari kelompok/Genus Begomovirus (singkatan dari: Bean golden mosaic virus). Serangan virus tidak pandang umur tanaman. Sejak awal pertumbuhan tanaman cabai terlihat kerdil, berdaun kuning, serta tidak menghasilkan buah.
Hingga kini, hampir semua varietas cabai pernah terkena gemini virus. Kerusakan atau kehilangan hasil bervariasi dari 20% hingga 90%.
Gejala serangan virus kuning, awalnya daun muda/ pucuk cekung dan mengkerut dengan warna mosaik ringan. Kemudian berkembang hampir seluruh dan muda/ pucuk berwarna kuning cerah, daun cekung dan mengkerut berukuran lebih kecil dan lebih tebal. Gejala lain adalah daun berwarna mosaik klorosis.
Hamparan pertanaman cabai berubah dari warna hijau menjadi menguning. Pengamatan lapang menunjukkan pertanaman cabai merah yang 100% terserang, tidak menghasilkan buah sama sekali.
Penyakit yang disebabkan oleh virus gemini tidak ditularkan karena tanaman bersinggungan atau terbawa benih. Di lapangan virus ditularkan oleh kutu kebul (Bemisia tabaci) atau Bemisia argentifolia.
Kutu Kebul dewasa yang mengandung virus dapat menularkan virus selama hidupnya pada waktu makan tanaman sehat. Sifat kutu kebul yang mampu makan berbagai jenis tanaman menyebabkan virus ini menyebar dan menular. Virus gemini memiliki tanaman inang yang luas dari berbagai tanaman seperti: ageratum, kacang buncis, kedelai, tomat, tembakau, dll.
Pengendalian virus dilakukan dengan mengendalikan vektornya yakni kutu kebul. Gunakan perangkap kuning untuk memerangkap populasi kutu kebul, dan dipasang sebanyak 40 perangkap/ha di tengah pertanaman cabai dipasang dengan ketinggian 30 cm.
Selain itu, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang melalui beberapa hasil penelitiannya menganjurkan beberapa langkah antara lain gunakan varietas toleran/tahan yakni Tanjung-1, Tanjung-2, Lembang-1 atau varietas hybrid yang sudah beradaptasi baik seperti Hot Beauty, Hot Chili, TM 999 dan lainnya. Varietas lain seperti Cakra, Jatilaba, Tit super, TM 888, tonado dan Cayenne.
Pengendalian lainnya dengan menggunakan benih yang berkualitas, lalu penggunaan persemaian yang benar, imunisasi tanaman muda, pengolahan tanah dan pemupukan berimbang, penggunaan mulsa plastik hitam perak, penanaman tanaman penghadang, sanitasi dan pencabutan tanaman sakit.
Untuk mengurangi populasi kutu kebul, petani bisa menerapkan tumpangsari berbagai jenis tanaman, atau menggunakan perangkap, juga manfaatkan musuh alaminya, juga penggunaan cendawan entomopatogen. Penggunaan insektisida nabati juga dapat dilakukan, untuk mengurangi residu pestisida pada produk sayuran dan lingkungan.
Lakukan pengolah lahan dengan baik dan pupuk berimbang yaitu pupuk kandang 20-30 ton /ha, Urea 100-150 kg, 300-400 kg ZA, 150-200 kg TSP dan KCl 150-200 kg/ha.
Pengendalian lainnya, gunakan mulsa plastik hitam perak. Lakukan pembibitan dengan cara penyungkupan tempat semaian. Sungkup berasal dari bahan kain kasa atau plastik dan ketinggian rak pembibitan lebih kurang 1 m.
Selanjutnya, melakukan sulaman tanaman muda (sampai 30 hari) dengan tanaman yang sehat pada daerah yang baru terkena serangan. Khusus untuk daerah yang terserang berat, buang bagian daun tanaman dan lakukan penyemprotan pupuk daun.
Tanam jagung sebagai penghadang/barrier dengan 5-6 baris rapat (jarak tanam 15-20 cm) di sekeliling kebun 2-3 minggu sebelum tanam cabai.
Pengaturan waktu tanam agar tidak bersamaan dengan tingginya populasi serangga penular. Lakukan sanitasi lingkungan, terutama mengendalikan gulma berdaun lebar dari jenis babadotan, gulma bunga kancing, dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus.
Bila memungkinkan lakukan tanam tumpangsari berbagai jenis tanaman untuk mengurangi populasi kutu kebul. Tumpangsari antara cabai merah dengan kubis atau cabai merah dengan tomat dapat menekan populasi kutu kebul sebesar 25 – 60%.
Penggunaan pestisida nabati dari bahan-bahan yang banyak tersedia di lingkungan, berdasarkan pengalaman juga banyak membantu mengendalikan penyakit ini. Contohnya dengan ekstrak Jahe. Siapkan 50 gram jahe, 12 gr deterjen , 3 liter air. Kebutuhan untuk luasan 0,4 ha sebanyak 1 kg jahe. Cara pembuatan : hancurkan jahe sampai halus. Tambahkan air dan deterjen. Aduk sampai rata kemudian saring. Semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang pada pagi atau sore hari.
Bisa juga menggunakan ekstrak Sambiloto + Cabe Merah. Bahan : 2 kg tanaman sambiloto segar, 10 gram bubuk cabai merah, 1 liter urine sapi, Air. Caranya, hancurkan tanaman sambiloto, tambahkan 250 ml air. Tambahkan urine sapi dan cabai merah. Encerkan larutan dengan 10 liter air. Biarkan beberapa saat. Saring. Semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang pada pagi atau sore hari.
Sementara penggunaan insektisida, hendaknya secara bergantian (rotasi insektisida) untuk menghindari resistensi. Misalnya, jika biasanya petani menggunakan pestisida berbahan aktif abamektin. Periode berikutnya, petani perlu mengganti dengan pestisida berbahan aktif carbosulfan, buprofezin atau diafenthiuron dan lainnya. Demikian dikutip dari beberapa sumber.*