Pengairan berselang solusi hemat air peluang panen bertambah. Jumlah anakan tidak produktif berkurang, pemupukan lebih optimal.
MAJALAHTEBAR.com. Pengairan menjadi hal penting dalam budidaya tanaman pangan khususnya padi. Musim kemarau yang umumnya pasokan air terbatas membuat petani perlu mengatur pengairan secara cermat.
Pola pengairan saat musim hujan dengan model leb akan menimbulkan masalah jika masih tetap diterapkan pada musim kemarau. Butuh banyak air untuk menggenangi lahan sejak umur 1 HST sampai masa primordial (generatif) setinggi 7 cm – 10 cm. Sementara, aliran irigasi sudah banyak berkurang.
Fase pengolahan tanah dan persemaian selama 30 hari dengan kebutuhan air 1,70 liter/detik per hektar, fase pertumbuhan vegetatif, selama 40 hari dengan kebutuhan 0,90 liter/detik per hektar, fase pertumbuhan generatif, selama 40 hari dengan kebutuhan air 1,44 liter/detik per hektar.
Kondisi kemarau yang terasa lebih kering membawa hikmah bagi petani untuk lebih berhemat air. Pemberian air bagi tanaman dengan cara konvensional sudah dianggap tidak efektif, karena sesungguhnya yang dibutuhkan tanaman adalah lengas tanah yang dipertahankan.
Namun, tanaman juga jangan sampai kekurangan air karena akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan.
Kebutuhan air bagi tanaman padi sawah ditentukan oleh faktor – faktor cara penyiapan lahan, kebutuhan air untuk tanaman, perkolasi dan rembesan, pergantian lapisan air, dan curah hujan efektif. Salah satu sifat yang dimiliki tanaman padi sawah yakni dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang tergenang.
Pemberian air irigasi dalam rangka upaya hemat air diartikan sebagai pengendalian lengas tanah (control of moisture). Pemberian air yang berlebihan justru akan menimbulkan water logging, salinasi dan sebagainya.
Pada daerah – daerah yang memiliki curah hujan rendah dan jumlah air yang tersedia di sumber rendah maka cara konvensional ini akan menimbulkan masalah pada rendahnya produktivitas tanaman padi sawah. Pengalaman di Kabupaten Lombok Tengah yang mengalami defisit air irigasi pada MT- 2/MK-1 tahun 2015 lalu hanya dapat merekomendasikan rencana luas tanam 17.380 hektar dari jumlah luas lahan yang tersedia 49.517 hektar. Sangat jauh di bawah target nasional yang waktu itu dengan rencana luas tanam 30.500 hektar.
INTERMITEN
Solusi hemat dalam pengairan sawah, dengan menerapkan pengairan berselang atau disebut juga intermitten. Secara umum cara ini merupakan pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas.
Cara ini juga memberi kesempatan kepada akar untuk mendapatkan udara sehingga dapat berkembang lebih dalam. Mencegah timbulnya keracunan besi. Mencegah penimbunan asam organik dan gas H2S yang menghambat perkembangan akar.
Selain itu, pengairan berselang memberi kesempatan kepada akar untuk berkembang lebih baik. Mengaktifkan jasad renik mikroba yang bermanfaat. Mengurangi kerebahan.
Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah). Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen.
Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah). Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang,dan mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus.
Namun demikian, pengairan berselang perlu memperhatikan jenis tanah. Tanah yang tidak bisa menahan air sebaiknya hati-hati dalam menerapkan cara pengairan berselang, demikian pula jenis tanah berat.
Pola pengairan di wilayah yang termasuk jenis tanah tersebut, kalau pengairan sudah ditetapkan berselang setiap 3 hari maka pola pengairan yang sudah ada ini saja yang diikuti. Pada lahan sawah yang sulit dikeringkan karena drainase kurang baik, tidak tepat menerapkan pengairan berselang.
Sosialisasi praktek hemat air atau Intermitten Irrigations ini, khususnya kepada petani di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sejak tahun 2004. Pemberian air irigasi secara intermitten dikombinasi dengan pola padi System of Rice Intensifications (SRI).
Hasil penelitian kombinasi ini menghasilkan efisiensi air. Kebutuhan air untuk padi pola SRI sampai umur 57 hari adalah 2.083 m3/hektar sehingga kebutuhan padi pola SRI dalam satu musim tanam 6000 m3/hektar/musim, sedangkan kebutuhan air pada pola konvensional sebesar 10.000 m3/hektar/musim. Kebutuhan air untuk padi pola SRI lebih hemat 40 %.
TANAM MACAK-MACAK
Untuk mengaplikasikan cara pengairan berselang, tanam bibit dalam kondisi sawah macak-macak. Hal ini dapat memudahkan para petani dalam menanam bibit padi. Selanjutnya secara bertahap alirkan air setinggi 3-5 cm sampai tanaman berumur 10 hari.
Biarkan sawah mengering sendiri (biasanya 5-6 hari). Setelah permukaan tanah retak selama 1 hari, sawah kembali diairi setinggi 5 cm. Biarkan sawah mengering sendiri (5-6 hari) lalu diairi setinggi 5 cm. Pengairan berselang memerlukan pengaturan kapan lahan digenangi dan dikeringkan.
Ulangi hal di atas sampai tanaman masuk stadia pembungaan. Sejak fase keluar bunga sampai 10 hari sebelum panen, aliri terus setinggi 5 cm, kemudian lakukan pengeringan lahan.
Sekitar 10-14 hari sebelum memasuki masa panen, biarkan sawah dalam kondisi macak-macak sampai kering. Sebab bila menggenangi sawah dalam kondisi tersebut maka hasil panen padi akan kurang bagus. Bagaikan tanaman buah yang pas ingin matang selalu terguyur hujan, maka hasil dari buahnya kurang bagus.
Adapu pola tanam padi bisa menggunakan Jajar Legowo 2:1 atau 4:1. Legowo 2:1 (40 x 20 x 10 cm). Cara tanam berselang-seling 2 baris dan 1 baris kosong. Jarak antar baris tanaman yang kosongkan disebut satu unit. Populasi (jumlah) tanaman tidak berubah (sama dengan 20 x 20 cm).
Keuntungan sistem jajar legowo semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir). Pengendalian hama, penyakit, dan gulma lebih mudah.
Selain itu juga mampu menyediakan ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpul keong mas, atau untuk mina padi. Penggunaan pupuk lebih optimal.*