Suara Sapi Mirip Orang
MAJALAHTEBAR.com. Di wilayah Sleman, Yogyakarta sore itu udara cerah. Saya mau menyelesaikan kerjaan mencangkul setelah bekerja menyemprot tanaman cabai yang mulai berbuah. Di kejauhan penglihatan saya tampak ada baju atau kaos berwarna hitam di sela-sela tanaman kubis, tomat dan cabai yang terletak di lahan orang lain.
‘’Apa-apaan itu,’’ kata saya sambil mendekat karena penasaran. Dalam hati saya kalau kaos dijemur bukan begitu bentuknya. Kalau sosok manusia jelas tidak mungkin.
Semakin dekat terlihat jelas. Bahwa itu sosok orang yang begitu besar tanpa kepala. Karena saya sudah terbiasa menghadapi yang bersifat misteri, maka saya melihat semakin tajam. Apa sosok itu? Sekitar jarak lima meter jelas sekali. Itu sosok manusia kulit agak kehitaman berbulu, tangan seperti tangan kera, kakinya trk kelihatan tertutup tanaman. Baju serba hitam dan sekali lagi hanya terlihat batas leher alias tanpa kepala.
BERGOYANG DI SELA TANAMAN
Makhluk itu sempat bergoyang-goyang dan menjauhi saya. Saya lihat tanpa kedip karena kalau kedip kawatir menghilang. Sekitar tiga puluh detik makhluk itu terus bergoyang-goyang menjauhi saya berjalan di sela-sela tanaman tersebut.
‘’Wah, wah!!! Rusak tanaman itu,’’ kata batin saya, tetapi langsung saya tangkis sendiri tak mungkin karena ini makhluk dunia lain. Akhirnya makhluk itu melesat terbang menghilang dengan kilat berwana kehitaman di udara. Saya amati tempat yang tadi diliwati makhluk itu. Ternyata semua masih utuh. Sama sekali tak terlihat kalau ada bekas makhluk besar lewat di situ.
Setelah kejadian tersebut, karena ysng saya cangkul tinggal sedikit, pada detik-detik matahari terbenam tersebut, saya melanjutkan mencangkul. Tak lama kemudian di depan saya muncul seekor sspi putih. Bersamaan munculnya sapi mulut sapi bicara: pulang, pulang……. Kalo tidak anda dalam bahaya,” kata sapi itu mirip suara orang dewasa.
ANCAMAN SUARA SAPI
Karena suara sapi sebuah ancaman, seketika saya merinding dan segera meninggalkan tempat itu. Beberapa langkah ke depan saya menoleh ke belakang sapi aneh sudah menghilang. Pada saat itu juga saya semakin kenceng melangkahkan kaki, dan sampailah di area pemukiman tempat saya tinggal.
Setelah kejadian itu, malam harinya saya ceritakan kepada istri, yang juga sebagai petani. Maksud saya, agar tidak takut bila menemui hal semacam itu di lahan. Tetapi bagi istri ternyata mempunyai cerita sendiri, malah dianggap biasa menemui makhluk aneh seperti itu. Bila menemui semacam itu hanya untuk dirinya, tidak diceritakan kepada orang lain termasuk suaminya. (saya).
‘’Menjadi petani, yang kesehariannya di lahan memang banyak cobaan terutama suasana kondisi alam yang begitu luas dan terbuka. Saya siap menghadapi apapun mas,’’ kata istri, selagi melanjutkan, ‘’apalagi hanya yang bersifat makhluk halus’’.
Bahkan menurut istri disamping pernah memergoki sebagaimana yang saya temui itu, juga pernah melihat kejadian aneh yang lain seperti melihat sosok kaki tanpa perut melihat kepala menggelinding sambil meringis (sebagian orang menyebutnya hantu glundhung pringis), dan yang lebih menyeramkan kata istri pernah berpapasan dengan pocong.*