Setelah mengkaji dan menerapkan terobosan pemupukan tanaman sawit, produksi meningkat 20%. Penggunaan NPK Sawit PAK TANI 13-6-27-4 dari PT Saprotan Utama Nusantara memberikan pengaruh nyata pada pertumbuhan dan produksi.
MAJALAHTEBAR.com. Meraih tambahan produksi 20% bagi petani tanaman padi dengan lahan beberapa petak mungkin hal biasa. Namun, akan terasa nyata jika perubahan positif ini terjadi pada tanaman sawit.
Apalagi pengelolaan lahan mencapai 3.226 hektar seperti pada Koperasi Unit Desa (KUD) Mukti Jaya, Sungai Lilin, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Peningkatan produksi sebesar 20% menjadi berkah bagi koperasi dan anggota yang merupakan para pekebun.
Menurut Bambang, Ketua KUD Mukti Jaya, mengingat komoditi budidaya yang dikembangkan merupakan produk bernilai komersial tinggi (kelapa sawit untuk produksi CPO). Peningkatan produksi memberikan dampak berarti.
Berbagai terobosan sudah sejak lama dilakukan. Setelah mengadopsi teknologi sarana produksi dari PT Saprotan Utama Nusantara (PT SUN), usaha koperasi menemukan harapan cerah.
NPK SAWIT PAKTANI
Bambang menggunakan NPK Sawit PAK TANI 13-6-27-4. Dosis untuk Tanaman belum menghasilkan (1-3 tahun) sebanyak 1,25 – 1,62 kg/pohon. Aplikasi 2 kali per tahun.
Untuk TM (4 – 8 tahun) dosisnya 2,0 – 2,5 kg/pohon, TM (9 – 13 tahun) dosis 3 kg/pohon, TM (14 – 20 tahun) dosis 3 – 3,5 kg/pohon dan TM 20 tahun dosis 2,5 – 3 kg/pohon.
Waktu aplikasi sama 2 kali per tahun. Caranya, dengan dibenamkan ke dalam tanah 10 – 15 cm, di sekeliling tanaman dengan jarak dari batang radius 2/3 lebar tajuk.
Sementara, untuk pengendalian hama Ulat Api (Setothosea asigna) yang kerap mengganggu tanaman sawit, PT SUN merekomendasikan Marcis 25 EC. Rekomendasi dengan konsentrasi 0,5 – 1 ml/l air.
Aplikasi insektisida tersebut setelah timbul serangan. Sebaiknya, lakukan penyemprotan dengan volume tinggi atau secara fogging, dan menghentikan Penyemprotan 14 hari sebelum panen.
Pengendalian gulma berdaun lebar (Ageratum conyzoides dan Chromolaena odorata) dan gulma berdaun sempit (Axonopus compressus, Otochloa nodosa, Paspalum conjugatum, dan Setaria plicata) maupun Mikania micrantha gunakan Posat 480 AS. Dosis pemakaian Posat 480 AS, sebanyak1 – 2 l/ha dengan volume air 400 – 600 l/ha.
Khusus untuk gulma sasaran Mikania micrantha dosisnya 2 – 4 l/ha dengan volume air 400 – 600 l/ha. Aplikasi dengan penyemprotan volume tinggi, tidak diaplikasikan pada tanaman pokok. Namun, lakukan pada saat gulma sedang tumbuh aktif. Penyemprotan pada pagi hari, estimasi hujan tidak turun dalam 3 – 4 jam setelah penyemprotan.
Setelah melihat perkembangannya positif, maka Bambang memutuskan untuk menggunakan lebih lanjut. Harapannya, para pekebun yang mengembangkan tanaman sawit juga mendapatkan tambahan produksi. Membantu upaya pemerintah meningkatan produksi dan ekspor CPO Indonesia.*