Kemarau Tetap Memukau
Kemarau tetap memukau. Abdul Basyir dan Wahyudin bersama 18 petani lainnya tergabung dalam Kelompok Tani “Tani Sejahtera” berhasil panen maksimal. Produk MKD dan tenaga lapangan sangat membantu usahatani mereka.
MAJALAHTEBAR.com. Intensitas serangan hama yang tinggi dan kekurangan air, bukan alasan untuk tidak mengusahakan cabai pasa musim kemarau. Berbekal pengalaman lebih dari 10 tahun, mereka sudah menemukan cara terbaik dalam merawat cabai, sehingga tiap musim menuai hasil sesuai harapan.
Sepanjang tahun, bagi mereka, tiada hari tanpa mengusahakan cabai. Itulah Abdul Basyir, Wahyudin dan Nurwaluyo, tiga sosok petani andalan yang dapat menjadi contoh dalam menekuni usaha tani cabai.
EKSIS MENGUSAHAKAN CABAI
Abdul Basyir dan Wahyudin bersama 18 petani lainnya tergabung dalam Kelompok Tani “Tani Sejahtera”. Hingga kini tetap eksis mengusahakan cabai merah dengan total luas lahan yang dikelola 40 hektar di Pulosari, Pemalang, Jawa Tengah. “Saya sendiri sudah menekuni usaha tani cabai merah besar sejak tahun 2000,” ujar Basyir.
Sedangkan Wahyudin mengaku mulai terjun ke budidaya cabai merah besar sejak 2010. “Dalam 5 tahun terakhir kami berkelompok untuk memenuhi permintaan pabrik saus,” jelas Basyir yang mengupayakan lahan 1 hektar.
Sementara Nurwaluyo, petani mandiri yang saban musim tanam membudidayakan tak kurang dari ½ hektar cabai rawit dan ½ hektar cabai keriting, di Srumbung, Magelang, Jawa Tengah. “Saya tetap mengusahakan cabai dan sudah berlangsung selama 29 tahun,” ucapnya.
Basyir, Wahyudin, dan Nurwaluyo mengakui, bertanam cabai tidak mudah. Cabai sangat rentan perubahan cuaca, sekaligus dirongrong banyak hama maupun penyakit. Namun, berkat kepiawayannya, mereka mampu menyiasati beragam kendala, sehingga tiap musim tanam berhasil menuai panen sesuai harapan.
Tingginya intensitas serangan hama dan kekurangan pasokan air, adalah hambatan utama budidaya cabai pada musim kemarau di Kawasan pengunungan. Hal itu pula lah yang dialami Basyir dan Wahyudin, lantaran lahan mereka berada pada ketinggian 1.300 mdpl.
“Selain perbaikan teknik budidaya, varietas cabainya juga harus mampu beradaptasi dengan baik, dan hasil panennya mesti sesuai kebutuhan pabrikan,” ujar Basyir yang dalam beberapa tahun terakhir membudidayakan cabai merah besar varietas Baja F1.
Untuk menaungi cabai dari sengatan matahari kemarau, lanjut Basyir, tanaman ditumpangsarikan dengan jagung manis. Jagung juga berfungsi untuk mengurangi serangan thrips. “Selain jagung, cabai juga ditumpangsarikan dengan bawang daun. Tujuannya untuk optimalisasi lahan, sehingga ada harapan tambahan pendapatan,” tambah Wahyudin.
AMAN DARI KUTU KEBUL
Gofur, Field Assistant PT Mitra Kreasidharma (MKD) Wilayah Pemalang, Jawa Tengah mengungkapkan petani juga perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap serangan kutu kebul. Hama ini berbahaya karena bisa menularkan virus kuning yang dapat mengancam produksi cabai.
“Dalam dua tahun terakhir, kutu kebul yang menularkan virus kuning, sudah merambah ke pegunungan, sehingga menjadi hambatan bagi para petani. Padahal, sebelumnya virus kuning lebih banyak di dataran rendah, di bawah 1.000 mdpl,” ungkap Gofur.
Karena lingkungan sudah berubah, untuk melindungi tanaman, Basyir dan Wahyudin beralih menggunakan produk-produk MKD. “Dalam empat tahun terakhir saya beralih menggunakan produk MKD. Alhamdulillah, setiap musim tanam hasil panennya sesuai harapan dan jelas lebih banyak jumlahnya,” ujar Basyir.
PRODUK ANDALAN
Produk MKD yang menjadi andalan Basyir dan Wahyudin yaitu insektisida INDOMEC 20 EC, abamektin 72 g/l (Android 72 EC), ROTRAZ 200 EC, serta fungisida asam fosfit 400 g/l (Folirfos 400 SL) dan simoksanil 8% plus mancozeb 64% (Buzzete 8/64 WP).
INDOMEC 20 EC ampuh mengendalikan trips (Thrips sp.), ulat grayak (Spodoptera litura), kutu daun (Aphis gossyipii), dan pengorok daun (Lilriomyza sp.). Pun abamektin 72 g/l (Android 72 EC), sangat ampuh mengendalikan hama-hama tersebut.
“Agar efektif dan efisien dalam pengendalian hama penyakit, juga dengan hasil pengamatan saya di lapangan,” ujar Basyir. Oleh karena itu, lanjut dia pada musim kemarau, penyemprotan dengan abamektin 72 g/l (Android 72 EC) mulai umur 20 hari setelah tanam (HST). Sementara pada musim hujan, mulai umur 9- HST. Dosisnya 10ml per tanki 16 liter, dengan interval penyemprotan 7 hari sekali.
Alhasil, budidaya cabai merah besar oleh Basyir dan Wahyudin terus berlanjut hingga sekarang. “Produk MKD itu harganya terjangkau, hasilnya maksimal, dan didukung oleh tenaga lapangan yang siap sedia untuk membantu petani,” pungkas mereka bangga.*