Home / Pestisida

Selasa, 29 Oktober 2024 - 14:49 WIB

“Sex Pheromon”: Gangguan Kawin Serangga Hama Penggerek Batang Padi

“Sex Pheromon”: Gangguan Kawin Serangga Hama Penggerek Batang Padi

“Sex Pheromon”: Gangguan kawin serangga Hama Penggerek Batang Padi. Menjadi monitoring nilai kehadiran hama migran. Ambang ekonomi 100 ekor / per min hasil tangkapan. Pengendalian dengan insektisida setelah 4 hari.

MAJALAHTEBAR.com. Akhir-akhir ini metode baru dalam pengendalian hama penggerek batang-padi (PBP) menggunakan zat penarik serangga (atractant). Inspirasinya dari zat penarik serangga yang dihasilkan oleh serangga betina agar pejantan mau mengawininya.

Metode ini lalu berkembang menjadi zat penarik serangga tiruan, yakni feromon sintetis dan semikimia ( bahan kimia sandi) yang keren dengan sebutan “Sex Pheromon”. Jenis ini masuk golongan bio pestisida.

Dibandingkan dengan pestisida konvensional, yang memiliki spektrum luas, metode ini memiliki target yang lebih spesifik dan lebih aman bagi lingkungan. Membatasi dampaknya pada spesies non target, serangga lain (musuh alami), burung dan mamalia.

Semiokimia ini pada umumnya mudah terurai di lingkungan alami, sehingga mengurangi hama kebal (resistensi) terhadap bahan tersebut. Juga menghindari terjadinya ledakkan hama kedua (resurgensi). Model int bisa diterapkan dalam pengelolahan hama terpadu terhadap penggerek batang padi.

Penggunaan perangkap “sex pheromon” ini bisa monitoring nilai kehadiran hama penggerek batang padi migran. Juga sebagai acuan penentuan keputusan pengendalian hama penggerek batang padi bila posisi hama telah mencapai ambang ekonomi atau ambang pengendalian.

PRINSIP KERJA FEROMON

Istilah feromon adalah suatu bahan kimia yang dikeluarkan oleh serangga yang bisa menyebar lewat udara dalam konsentrasi yang kecil sekali ke serangga lainnya dalam satu spesies yang sama, sebagal tanda, signal, atau sandi berkomunikasi ke lingkungan tempat hidupnya. Feromon tersebut bisa mempengaruhi perilaku serangga tersebut, tergantung jenis feromon alamiah yang dikeluarkannya. Beberapa perilaku kawin, berkumpul dan perilaku mencari inang untuk makan dikendalikan oleh feromon alamiah guna mengatur dinamika populasinya serangga itu sendiri agar bertahan hidup di habitatnya.

Salah satu jenis feromon yang mempunyai potensi paling besar sebagai alternatif dalam pengendalian secara berpadu (intergreted pest management) adalah “sex pheromon”. Jenis feromon ini telah diformulasikan sebagai feromon sintetis.

Baca juga  Teknologi Untuk Peningkatan Produktivitas Pertanian

Adapun mekanisme kerja feromon sintetis yakni dengan mendistribusikan dari kandungan bahan kimia sandi (semiokimia) lewat serat-serat berlubang (dispenser) sebagai “sex phoromon” yang tidak asli (bukan alamiah) guna menghasilkan banyak betina-betina palsu (awan feromon) yang bisa membingungkan dan mengacaukan serta menghambat proses perkawinan klaper serangga jantan penggerek batang padi. Proses gangguan kawin ini hanya terjadi di area pengendalian,  khususnya pada dispenser tempat klaper berkembang biak.

Guna mendapatkan hasil yang optimum dari penggunaan perangkap “sex pheromon” yang menarik perkawinan mekanik secara palsu,—bukan alamiah— bisa berkolaborasi dengan metode pengendalian lainnya. Penggabungn perangkap berferomon bisa dengan teknik perangkap “light trapt ultra violet”, lampu perangkap merkuri atau solar cell. Bisa juga dengan pengendalian dengan insektisida atau pemasangan umpan beracun.

KEUNGGULAN PERANGKAP “SEX PHEROMON”

Beberapa keunggulan penggunaan perangkap “sex pheromon” antara lain mengurangi populasi hama penggerek batang padi. Namun tidak mengurangi predator (musuh alami) dan tidak mengganggu kinerja predator.

Pengendalian dengan insektisida terkadang tidak efektif, karena jenis insektisida, waktu pengaplikasian dosis kurang tepat. Bisa menyebabkan terbunuhnya musuh alami, mendorong peningkatan populasi hama penggerek batang padi alias “induce resurgensi”. Resurgensi merupakan perubahan fisiologis tanaman sehingga tanaman lebih diminati oleh hama tersebut untuk bertelur, makan dan penetasan telur.

Feromon dan semiokima yang di produksi oleh tumbuhan dan hewan yang mampu mempengaruhi perilaku individu / organisme penganggu tersebut dimasukkan golongan bio pestisida. Adapun sifat dari “sex pheromon” sama seperti kelas/ kelompok bio pestisida lainnya, yakni mudah terdegradasi di lingkungan alam, sehingga mengurangi pencemaran, serta mengurangi hama kebal (resistensi) terhadap bahan tersebut.

Keunggulan sex pheromon berikutnya yakni mereduksi populasi hama imigran dan hama imigran. Pemasangan perangkap “sex pheromon” merupakan salah satu cara untuk mengurangi populasi hama penggerek batang padi di area pertanaman. Di samping memantau perkembangan (monitoring) populasi hama/migran/ pindah.

NILAI KEHADIRAN SERANGGA

Hasil tangkapan dari aplikasi “sex pheromon” merupakan nilai kehadiran klaper dari serangga jantan penggerek batang padi. Sedangkan untuk PBP yang berasal dari luar areal caranya dongan menggunakan perangkap cahaya “light trap”.

Baca juga  Likat Kuning Kendalikan Virus Kuning

Hasil dari monitoring dini tangkapan serangga hama ini bisa sebagai acuan yang kuat dalam penentuan pengendalian dengan pestida bila telah mencapai ambang ekonomi. Idealnya untuk daerah yang endemik penggerek batang padi ambang ekonomi (ambang kendali) yaitu 100 ekor / per min hasil tangkapan. Pengendalian dengan insektisida setelah 4 hari.

Gambaran dan simulasi untuk monitoring nilai kehadiran serangga hama PBP terlihat pada Gapoktan “Subur Sejati” Desa Wonorejo Kecamatan Sumbergempol,  Tulungagung Jawa Timur. Kegiatan SLPHT pada Januari hingga April 2020 pada padi Varietas Inpari 16 seluas 6 ha. Perlakuan menggunakan “sex pheromon” pada lahan 4 ha dan 2 ha sebagai kontrol.

Pemasangan 20 dispenser yang mengandung feromon tiap ha, dengan jarak 22,5 m, tinggi 120 cm dan 1 alat perangkap berferomon. Pengamatan tiap 10 hari sekali sampai umur 70 HST.

Data pendukung berupa pengamatan jumlah anakan selama masa vegetatif dan anakan produktif selama masa generatif, hama sekunder.  Berikut respon terhadap aplikasi ini dari jumlah tanam yang terserang dalam l0 rumpun.

PROSPEK APLIKASI “SEX PHEROMON” DALAM PHT

Mengingat aplikasi “sex pheromon” dalam hamparan yang luas, diperlukan kelompok tani yang solid. Penentuan jadwal persemaian, lahan tanah, jadwal tanam dan pemasangan perangkap “sex pheromon” harus bersama-sama.

Oleh karena itu beberapa kendala terutama cuaca yang tidak menentu, tenaga kerja yang terbatas, biaya operasional, harga panen yang cenderung sering naik turun dan keterbatasan alsiltan harus diatasi bersama-sama. Data dari petani, dan intasi terkait harus, akurat, jujur dan akuntabilitas agar keuntungan maksimum.

Pengembangan penggunaan perangkap “sex pheromon” pada PBP bisa juga untuk komoditas lainnya seperti tebu, jagung, dan bawang merah. Hama-hama utama yang sering muncul seperti penggerek batang tebu, penggerek batang jagung, ulat grayak pada bawang merah. Kemungkinan ulat grayak pada jagung PAW juga sebagai alternatif pengembangan di masa akan datang.* (Djuprijanto, Penulis adalah petani dan pemerhati pertanian).

 

Share :

Baca Juga

Pestisida

Mengenali Pengendalian OPT Musim Penghujan Agar Produksi Optimal

Pestisida

Drone Sprayer: Aplikasi Pestisida Jadi Makin Hemat

Benih

Pranoto Mongso: Kecanggihan Petani Zaman Old

Pestisida

Pupuk Ditambah, Produksi Naik?

Pestisida

Drone Spraying Solusi Pertanian Masa Kini

Pestisida

Tepat Memilih Pestisida, Modal Tanam Hemat Produksi Meningkat

Pestisida

Teknologi Untuk Peningkatan Produktivitas Pertanian

Pestisida

Sudradjat Yusuf Kembali Pimpin Asosiasi Crop Care Indonesia